Quantcast
Channel: PT Pelabuhan Indonesia Pelindo
Viewing all 1533 articles
Browse latest View live

Saudara Seperguruan atau “Literary Brothers”

$
0
0

KONFRONTASI-Dalam satu wawancara, Enrique Vila-Matas ditanya mengenai persahabatannya dengan Roberto Bolaño dan ia menjawabnya: “Bertemu dengannya pada tahun 1996, saya merasa tak lagi sendirian sebagai penulis.” Ia melihat dalam diri Bolaño seseorang yang bisa disebut, dalam kata-katanya, “literary brother”. Saya bayangkan istilah itu semacam “saudara seperguruan” dalam konteks dunia persilatan yang sering saya baca di novel atau komik silat. Saya bisa mengerti perasaan Vila-Matas. (dalam foto di atas: Bertemu para penggerutu dari dunia persilatan. Dari kiri ke kanan: saya, Yusi Avianto Pareanom, A.S. Laksana, Zen Hae, Ni Luh Sekar dan Linda Christanty. Semoga tidak terlihat seperti hendak memberontak dan membuat negara baru )

Di tengah kerumunan para penulis, bukanlah hal mudah menemukan satu atau segelintir penulis yang kamu bisa merasa nyaman, nyambung, tak hanya dalam konteks keseharian tapi juga dalam konteks kesusastraan, sehingga kamu bisa menyebutnya sebagai “saudara”. Saya beruntung punya teman-teman semacam itu. Para penulis yang ketika dalam satu wawancara saya ditanya, siapa penulis Indonesia yang karya barunya akan saya tunggu, dengan jelas saya menjawab: para penulis dari generasi saya. Yang sebagian sekali waktu adalah teman-teman bermain saya. Jika orang bertanya, siapa penulis terbaik di Indonesia saat ini, saya akan menjawab dengan jawaban yang sama. Generasi saya, teman-teman saya. Akhir-akhir ini saya berhubungan dengan orang luar, dari editor, wartawan hingga agensi, dan jika mereka bertanya siapa penulis-penulis Indonesia yang perlu diperhatikan? Jawaban saya tetap sama. Generasi saya, teman-teman saya. Saya tak pernah pusing dengan orang-orang yang semangat mempromosikan teman-teman atau karya teman-temannya. Saya akan melakukan hal yang sama, selama saya melakukannya atas nama saya pribadi. Semalam saya bertemu denan Ugoran Prasad dan Intan Paramaditha. Mereka dua di antara penulis yang jelas masuk kategori “generasi saya, teman-teman saya” itu. Kami jarang bertemu sejujurnya, tapi apa pentingnya bergerombol terus-menerus seperti kawanan serigala? Maka pertemuan-pertemuan itu selalu terus mengingatkan saya tentang motivasi-motivasi dan gairah kami atas kesusastraan, dan merasakan kembali keberadaan “saudara seperguruan” semacam “literary brother”-nya Vila-Matas itu. Teman kepada siapa kami bisa dengan kekanak-kanakan berkata, ingin seperti “Adolfo Bioy Casares yang diterbitkan nyrb classics”.

Teman yang saya bisa bilang di depan muka mereka, “Masalah kalian adalah cerpen-cerpen kalian. Jangan menerbitkan cerpen kecuali setara Borges. Setidaknya setara Etgar Keret atau Hassan Blasim.” Tapi obrolan-obrolan kami seringkali mengingatkan saya betapa saya mencintai cerpen-cerpen teman-teman saya, tanpa mereka harus menjadi Borges. Pergi ke Toko Wayang merupakan buku terbaru yang saya baca, yang ditulis oleh teman saya yang lain, salah satu yang penting untuk dibaca. Satu-satunya Gunawan Maryanto. Satu-satunya di antara kami yang paham literatur klasik Jawa (juga literatur pasar macam Gareng dan Petruk), yang kami semua selalu mencemburuinya. Sebagai penulis, saya tumbuh bersama mereka. Saya kenal Ugo, Chindil (itu panggilan Gunawan Maryanto di antara teman-temannya), Puthut EA bahkan ketika kami belum benar-benar mulai menulis. Kami sama-sama kuliah di kampus yang sama, meskipun di jurusan atau angkatan yang berbeda-beda. Kegiatan atau sekadar kantin bisa mempertemukan kami, tapi terutama hasrat pada kesusastraan yang akhirnya membuat kami saling kenal. Kampus kami berdekatan dengan IKIP (sekarang UNY), dan dari sana kami mengenal “saudara seperguruan” yang lain: Muhidin M. Dahlan, Zen R.S. (yang esai-esai-nya tentang sepakbola sangat saya kagumi), dua di antaranya. Pertemanan juga seringkali tak hanya ditentukan oleh ruang. Saya kenal Linda Christanty sejak akhir 90an. Dia aktivis PRD, saya senang nongkrong dengan segerombolan anarkis. Beberapa teman saya kenal dengan beberapa temannya, dan akhirnya kami berkenalan. Ternyata ia suka sastra, dan saya juga, dan kami sama-sama punya teman yang sama: seorang penjual buku bekas di belakang Malioboro bernama Mahdi, yang dengan semangat sering menyuplai kami dengan bacaan sastra dunia (kalau kami tidak bisa membeli, dia berbaik hati memfotokopikan). Tentu saja beberapa teman dekat saya, dari generasi saya, juga ada yang saya kenal setelah kami sama-sama menerbitkan karya. Perkenalan saya dengan Dinar Rahayu dan A.S. Lakana terjadi dengan cara yang aneh: bertemu di Belanda dalam keadaan sama-sama baru pertama kali ke luar negeri. Pertemanan yang selalu bersifat alamiah: kami merasa nyambung, merasa nyaman, untuk mengatakan apa pun. Buat saya hal seperti ini rada-rada penting, di luar urusan estetik kesusastraan. Seperti yang dikatakan Vila-Matas, itu membuat kita “tidak merasa sendirian.” Tidak merasa sendirian karena seringkali kita bertemu dengan cara pandang terhadap kesusastraan yang kurang-lebih mirip, yang saya yakin hal seperti itulah yang membuat sebuah generasi sebagai “generasi”. Sebagai contoh, saya selalu mengingat apa yang sering kami katakan jauh hari, ketika kami masih segerombolan mahasiswa gembel yang tak yakin bisa lulus (beberapa di antara kami benar-benar tidak lulus). Kami punya sejenis manifesto-manifestoan. Saya katakan begitu, karena manifesto itu tak pernah dituliskan. Juga karena manifesto itu bisa ditambah-kurangkan sesuka hati kami sendiri.

Tapi kurang-lebih manifesto itu berbunyi: 1) Kami ingin menjadi penulis, jika tak ada yang menerbitkan, kami akan menerbitkannya sendiri. Kami belajar bagaimana memproduksi buku, bagaimana menjualnya. Bahkan belajar melayout dan mendesain sampul. 2) Kalau media besar tak menerima karya kami, kami akan membuat media sendiri. Ya, meskipun kecil. Puthut membuat On/Off, sebelumnya jika ada yang iseng mau mencari, ia satu-satunya orang di belakang “jurnal” Ajaib. Ugo dan beberapa temannya menerbitkan Konblok. 3) Kalau komunitas kesusastraan tak ada yang menerima kami, kami akan buat komunitas sendiri. Kami membuatnya. Beberapa berumur pendek, beberapa berumur pendek sekali. Yang penting kami membuatnya untuk mendukung diri kami sendiri. Saya selalu percaya komunitas seharusnya dibangun untuk mendukung anggotanya, dan bukan sebaliknya. Seperti negara ada untuk rakyat, dan bukan sebaliknya. 4) Jika para kritikus tak ada yang peduli kepada karya kami, atau menghina-dina, kami akan menjadi kritikus untuk karya teman-teman sendiri. Saya selalu ingat, Muhidin M. Dahlan merupakan “yang paling marah” ketika novel pertama saya Cantik Itu Luka, “dihancurkan” oleh seorang kritikus. Muhidin menulis balasan yang tak kalah sengitnya. Manifesto-manifestoan ini bisa dibikin lebih panjang, dengan pola yang tetap sama. Saya tak ingat siapa yang mencetuskannya, tapi itu hidup di pikiran kami.

Buat saya: itu tetap berlaku sampai hari ini. Dan jika saya bisa menyimpulkannya dengan lebih pendek, itu bisa berbunyi: “Jika kesusastraan Indonesia tak memberi tempat untuk kami, kami akan menciptakan ruangan untuk diri kami sendiri.” Saya tak tahu apakah itu sesuatu yang aneh atau tidak. Tapi teman-teman saya mengerti hal ini. Mungkin itulah yang membuat kami merasa nyambung dan nyaman. Di dunia persilatan ada begitu banyak pendekar, tapi hanya segelintir yang bisa dipanggil “saudara seperguruan”. Lebih sering bukan karena jurus yang sama, tapi karena saling memahami bagaimana melihat dunia. Jadi siapa para penulis Indonesia terbaik saat ini? Tentu saja para penulis dari generasi saya. Generasi yang juga bukannya tanpa kelemahan. Kami berisik dan agak pemalas. Tapi: 5) Jika tak ada perahu untuk kami, kami akan belajar membuat rakit, atau cara berenang. Kalau harus tenggelam, kami tenggelam dengan sedikit keangkuhan.

by Eka Kurniawan

born in Tasikmalaya, Indonesia, in 1975, graduated from Faculty of Philosophy, Gadjah Mada University, Yogyakarta. He writes novels, short stories, as well as non-fiction pieces. His novels translated into Japanese, Malay, French, Italian, Dutch, German, Korean, including Man Tiger (Verso Books, 2015) and Beauty Is a Wound (New Directions, 2015) in English.

Category: 

Kata Pram, Nulis itu ya Nulis saja. Ungkap Novelis AS Laksana

$
0
0

“Nulis Ya Nulis Saja.”

 

 

Pada tahun 1993, untuk pertama kalinya saya bertemu Pramudya Ananta Toer, penulis yang namanya sering saya dengar tetapi buku-bukunya dilarang beredar, seolah-olah orang akan segera menjadi setan begitu membaca karya-karyanya. Karena itu, mendapatkan buku-buku Pram juga menjadi semacam petualangan tersendiri yang mendebarkan.

Saya datang ke rumahnya di daerah Rawamangun waktu itu dan mewawancarainya untuk tabloid DeTIK. Itu wawancara yang sungguh merepotkan. Pertama karena pendengaran Pram sudah tidak peka. ”Telinga saya dipopor bedil,” katanya sambil menunjuk telinganya, saya lupa kiri atau kanan. Kedua, karena tiap beberapa saat, Pram melongok ke luar, menunjukkan isyarat khawatir setiap kali ada orang melintas di depan rumahnya, siapa tahu salah satu dari orang yang lalu lalang itu adalah intel yang sengaja nguping pembicaraan.

Jadi, ada dua hal yang saling bertabrakan pada saat itu. Agar Pram mendengar, saya harus bicara keras, dan pasti suara saya terdengar sampai ke jalanan. Tetapi, karena tiap saat Pram melongok keluar, saya harus merendahkan volume suara saya, dan akibatnya ia tidak mendengar. Kadang saya harus mengulang pertanyaan beberapa kali sampai Pram bisa mendengar, dan itu berarti orang yang kebetulan lewat di depan rumahnya pasti mendengar.

Setelah wawancara selesai, kami ngobrol-ngobrol sebentar dan saya menyampaikan pertanyaan yang paling ingin saya tanyakan kepadanya:

”Bagaimana cara menulis bagus?”

”Kalau mau nulis ya nulis saja,” katanya.

Jawaban itu sungguh memukau dan saya tidak sanggup mengajukan pertanyaan lain. Saya merasa bahwa itu jawaban yang paling pas untuk pertanyaan saya, dan saya mempercayai itu karena orang yang mengatakannya bernama Pramudya Ananta Toer. Kemudian saya pamit, dan itu rupanya juga pertemuan terakhir saya dengannya. Setelah itu saya tidak pernah ketemu lagi dengannya.

Sampai hari ini sudah beberapa kali saya mendengar pernyataan seperti itu disampaikan orang, dan sekarang saya merasa itu jawaban yang sangat menjemukan. Anda bisa melakukannya—nulis ya nulis saja—dan itu saran yang membesarkan hati pada mulanya, tetapi beberapa waktu kemudian anda mungkin akan putus asa karena tulisan anda hanya berputar-putar di situ-situ saja, tidak ada peningkatan teknik, tidak ada peningkatan kualitas, dan tidak ada kecakapan bertutur. Anda sendiri mungkin tetap kesulitan menulis setelah bertahun-tahun menyimpan keinginan menulis.

Tentu saja benar bahwa anda harus menulis ketika anda ingin menghasilkan tulisan. Namun, jika anda sekadar ”nulis ya nulis saja”, anda seperti pemain sepakbola yang memegang prinsip ”main ya main saja.”

Untuk menjadi pemain sepakbola yang baik, mula-mula anda harus mengenal peraturan permainan dan menguasai teknik bermain bola. Ketika anda tidak mengenal peraturan permainan entah sepakbola atau tenis atau bola basket atau yang lain-lainnya, mustahil anda menyukai cabang-cabang olahraga tersebut. Bermain setiap hari tanpa tahu peraturan permainan dan tanpa menguasai keterampilan teknis bermain bola, anda hanya akan berlari-larian di lapangan, tidak peduli pada penempatan posisi, dan menggasak bola ke arah mana saja anda menghadap.

Bermain dengan cara itu tentu bisa membuat anda sehat. Paru-paru anda kuat, tendangan anda semakin keras, dan anda lebih sanggup berlari. Namun, setelah beberapa waktu, anda mungkin tidak bisa menikmati permainan anda sendiri dan itu akan cepat membuat anda jemu. Orang memerlukan peningkatan dan itu hal yang tidak mungkin terjadi pada sepakbola kampung atau sepakbola jalanan. Benar bahwa banyak pemain besar memulai bermain bola di jalanan, tetapi mereka kemudian meningkatkan keterampilan dengan penguasaan berbagai kecakapan teknis yang dibutuhkan untuk bermain bola.

Jika mereka tidak meningkatkan diri, mereka akan terus bermain di jalanan, dan itu hanya permainan kanak-kanak yang tidak mungkin dipertahankan selamanya. Sehebat apa pun pemain bola kelas kampung, mereka tidak mungkin bisa dimainkan di level kompetisi besar. Mereka tidak memiliki kecakapan teknis, mereka tidak menguasai berbagai kecakapan yang dibutuhkan untuk menjadi pemain bola sungguhan. Mereka hanya tahu cara berlari dan menendang, dan itu adalah kecakapan kelas rendah yang memang hanya bisa dimainkan di lapangan kampung atau di tanah-tanah lapang.

Seperti itu juga dalam menulis. Dan sesungguhnya anda bisa membuat perumpamaan dengan cabang olahraga apa pun yang anda sukai, atau dengan kecakapan bersepeda, atau dengan keterampilan bertukang. Tetapi jangan membuat perumpamaan dengan keterampilan berenang. Anda tidak bisa mengatakan, ”Kalau mau berenang ya nyemplung saja.” Orang yang tidak memiliki kemampuan berenang bisa mati karam jika anda suruh nyemplung begitu saja di kolam yang dalam.

”Dia Penulis Hebat”

Anda bisa mengatakan dalam kalimat yang singkat: ”Dia penulis bagus,” atau ”Dia penulis hebat.” Dan apa yang menjadikan dia penulis bagus atau penulis hebat.

  1. Dia bisa menulis deskripsi dengan menarik; dia memiliki kecakapan menuliskan deskripsi.
  2. Dialog-dialognya sangat bagus; dengan kata lain, dia memiliki kecakapan menyusun dialog.
  3. Metaforanya dan perumpamaannya selalu cerdas dan segar; dengan kata lain ia memiliki kecakapan membuat metafora dan perumpamaan.
  4. Karakter-karakter dalam ceritanya selalu menakjubkan; dengan kata lain, ia memiliki kecakapan menciptakan karakter yang hidup dan meyakinkan.
  5. Pilihan katanya selalu kuat; dengan kata lain, ia memiliki kecakapan memilih kosakata.
  6. Ceritanya selalu menggetarkan; dengan kata lain, ia memiliki kecakapan bercerita. Ia memiliki kecakapan untuk mengatur plot.
  7. Imajinasinya sangat liar dan sungguh tak pernah terbayangkan; dengan kata lain, ia memiliki kecakapan berimajinasi.
  8. Setiap kalimatnya tidak pernah mubazir; dengan kata lain, ia memiliki kecakapan untuk bertutur secara efisien dalam tulisan-tulisannya.
  9. Ia mampu melukiskan segala sesuatu dalam detail yang menawan; dengan kata lain, ia memiliki kecakapan mengolah detail.
  10. Adegan-adegan dalam ceritanya betul-betul indah; dengan kata lain, ia memiliki kecakapan menciptakan adegan-adegan yang indah.
  11. Sudut penceritaannya selalu menarik; dengan kata lain, ia memiliki kecakapan memilih sudut penceritaan.
  12. Dan lain-lain.

Jadi, apa yang anda sebut dalam satu kata kalimat sederhana “dia penulis bagus” atau ”dia penulis hebat” itu sesungguhnya mengandung rincian semacam di atas. Dan itu serupa dengan pemain bola hebat yang jika kita bahas secara rinci akan muncul detail-detail sebagai berikut: ia memiliki kecakapan menggiring bola, menyerobot bola dari kaki lawan, menghindari jegalan, menyundul bola, mengecoh lawan, mengontrol bola dengan dada, menerima umpan, memilih posisi, dan sebagainya. Dan itu semua hasil dari ketekunannya melatih diri.

Seorang penulis hebat juga telah melatih dirinya untuk menguasai berbagai aspek detail yang diperlukan untuk cakap menulis. Dan, ketika sudah cakap, ia bisa mengoperasikan seluruh kecakapan itu tanpa perlu berpikir keras bagaimana caranya. Pramudya Ananta Toer sudah memiliki seluruh kecakapan yang diperlukan untuk menulis bagus, karena itu ia bisa dengan enteng mengatakan, ”Kalau mau nulis ya nulis saja.” Ia memang sudah tidak berpikir lagi bagaimana cara menulis bagus. Ia hanya perlu menjaga dirinya agar selalu ”punya cerita” untuk disampaikan kepada pembaca.

Lantas bagaimana dengan penulis non-fiksi?

Sama saja. Ia juga melatih diri untuk memiliki kecakapan memilih kata, menggunakan perumpamaan dan metafora, menuliskan deskripsi, menentukan sudut pandang, ia memiliki kecakapan untuk menyampaikan dalam cara berbeda, dan sebagainya. Seorang penulis non-fiksi yang baik semestinya juga mengenal dramaturgi, sehingga ia bisa menulis dalam aliran yang terus memancing orang untuk membaca dari awal sampai akhir. Penulis yang tidak peduli pada cara penyampaian biasanya akan menghasilkan artikel-artikel yang ”kering”.

Kenapa anda perlu membaca buku-buku teknik menulis
Sekarang, entah anda berminat menekuni penulisan sepenuhnya, atau hanya menulis untuk bersenang-senang, atau menulis untuk mendukung profesi utama anda, saya menyarankan anda untuk menguasai kecakapan menulis sesempurna yang anda bisa wujudkan. Saya pernah menyampaikan bahwa buku adalah alat pemasaran yang sangat efektif. Dan itu terbukti hingga sekarang. Level anda akan meningkat dibandingkan orang-orang lain yang di bidang yang sama dengan anda karena anda menulis buku dan mereka tidak. Publik selalu menganggap penulis buku adalah pakar.

Jika anda hanya menulis untuk bersenang-senang, anda akan semakin menikmati kesenangan anda jika anda terus meningkatkan kecakapan anda. Tanpa peningkatan, anda akan kehilangan gairah untuk bersenang-senang dengan menulis. Pada waktu pertama kali anda menyelesaikan tulisan dan menunjukkannya kepada teman-teman, mereka akan royal memberikan pujian sembari mendorong anda untuk terus menulis. Kemudian anda berpikir untuk mengikuti saran mereka. Kemudian, ketika anda terus berkutat dengan kesulitan meningkatkan diri, anda akan cepat merasa jemu. Dan anda akan segera memprotes diri sendiri: ”Untuk apa ini semua?”

Pada umumnya seperti itu. Maka jika anda sekarang punya minat menulis, dan anda peduli untuk meningkatkan kecakapan anda menulis, langkah pertama anda adalah menyediakan waktu untuk menulis dan memperkaya pengetahuan anda tentang penulisan. Saran saya tetap sama sampai hari ini: kuasai aspek-aspek paling mendasar, dan anda nanti bisa bersilat dengan gaya bebas ketika anda sudah cakap. Muhammad Ali memahami semua teknik bertinju secara benar dan bisa melakukannya. Namun, ia kemudian melanggar teknik baku untuk mendapatkan gaya bertinjunya sendiri yang sangat indah. Jadi, kuasai teknik baku dan pengetahuan-pengetahuan dasar tentang menulis, sehingga anda bisa membebaskan diri dari itu semua.

Beberapa hal tentang penulisan kreatif sudah saya tulis di buku Creative Writing: Tip dan Strategi untuk menulis Cerpen dan Novel, diterbitkan pertama kali oleh Mediakita tahun 2005. Karena sejumlah orang masih menanyakan buku tersebut, saya membuat versi ebook-nya dan bisa didownload gratis di http://as-laksana.blogspot.com (blog Ruang Berbagi) . Saya tidak akan mengulangi lagi dalam ebook ini apa yang sudah saya tulis di sana.

Sikap mental
Ini hal yang seingat saya nyaris tidak pernah disinggung dalam buku-buku penulisan. Padahal ia sangat penting. Anda tahu, dalam sebuah klub olahraga, semua orang mendapatkan latihan yang sama, dilatih oleh pelatih yang sama, dan menguasai kecakapan teknis yang sama. Pertanyaannya, kenapa hasilnya berbeda-beda?

Anda bisa menjawab bahwa di situlah pentingnya bakat. Tetapi saya tidak peduli dengan  bakat dan kita akan bicarakan hal itu nanti di bagian lain. Di luar urusan bakat, satu hal penting yang seringkali luput dibicarakan adalah sikap mental. ”Kau tidak bisa meningkatkan kecakapan menulis dengan mempertahankan sikap mental seorang pengemis,” kata saya pada seseorang yang selalu minta dikasihani.

Tentu saja Anda juga tidak bisa meningkatkan kecakapan menulis dengan mempertahankan sikap mental seorang yang cengeng. Anda tidak bisa meningkatkan kecakapan menulis dengan sikap mental seorang yang lembek. Anda tidak bisa meningkatkan kecakapan menulis dengan mengembangkan sikap mental pemalas.

Kebanyakan orang mengembangkan sikap mental secara tidak sadar. Mereka juga mengembangkan keyakinan (belief) secara tidak sadar, dan melakukan tindakan-tindakan tidak sadar untuk mewujudkan keyakinan tersebut. Sejumlah pengalaman di masa lalu berperan penting dalam ketidaksadaran orang mengembangkan keyakinan dan membangun sikap mental. Orang sering mengatakan, ”Pada situasi di bawah tekanan, setiap orang cenderung menampakkan watak aslinya.” Yang disebut ”watak asli”, anda tahu, selalu diwakili oleh ekspresi yang terjadi di luar kesadaran, ketika orang melakukannya tanpa berpikir.

Situasi menekan membuat orang tidak mampu berpikir, kesadarannya melumpuh, sehingga yang kemudian bekerja adalah ketidaksadaran.

Seorang juara, di bidang apa pun, pasti mengembangkan sikap mental yang berbeda dari seorang pecundang. Seorang juara terus-menerus mengembangkan sikap mental juara. Dalam situasi yang sangat menekan, ia tetap akan menampilkan sikap mental seorang juara. Seorang pecundang, kendati dibekali dengan teknik yang sangat memadai, cenderung mengembangkan gambaran mental yang buruk tentang dirinya sendiri. Dalam situasi menekan, ia mudah frustrasi dan putus asa.

Seorang atlet tidak mungkin menjadi juara selagi ia mempertahankan sikap mental pecundang, dan tidak tahu bagaimana menggunakan kesadarannya untuk mengembangkan sikap mental juara. Seorang pegawai yang meyakini bahwa ia bisa melakukan pekerjaannya secara optimum, tentu akan mendorong dirinya ke arah sana. Sementara pegawai dengan sikap mental sebaliknya akan membuat dirinya bekerja pas-pasan saja.

Seorang penulis yang mengembangkan sikap mental pecundang akan menekuni bidangnya dalam cara yang sangat berbeda dengan penulis yang mengembangkan sikap mental seorang penulis hebat. Dengan mengembangkan sikap mental juara, anda akan memiliki gairah untuk meningkatkan dirinya di level juara. Jika anda tidak tahu apakah anda berbakat menulis atau tidak, merasalah bahwa anda berbakat menulis.

Entah anda menekuni penulisan sebagai hobi, atau sebagai pekerjaan sambilan, atau sebagai profesi, saya meyakini bahwa anda perlu mampu melakukannya dalam cara seorang penulis mahir. Tanpa kemahiran, menulis akan menjadi hobi atau urusan yang menguras tenaga dan pikiran. Jika anda mahir melakukannya, anda akan mendapati banyak kegembiraan dengan menulis. Sebaliknya, anda akan selalu sengsara dengan urusan tulis-menulis ketika anda tidak tahu begaimana meningkatkan kemahiran.

Untuk menutup bagian ini, saya ingin mengingatkan bahwa untuk mendapatkan kemahiran menulis (yang menjadi tujuan anda), anda perlu menanamkan sikap mental seorang pembelajar yang berhasil. Seorang pembelajar yang berhasil selalu tahu apa yang harus dilakukan untuk menguasai kecakapan di bidang yang ia minati. Satu hal yang selalu ada pada para pembelajar yang berhasil, di bidang apa pun, mereka sama-sama menunjukkan gairah untuk mendapatkan hasil terbaik dari pembelajaran mereka, dan mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan diri.

Dan kenapa anda mahir menulis?

  1. Karena anda bekerja cepat. Anda mahir karena anda bekerja cepat.
  2. Karena anda menulis tanpa berpikir.
  3. Karena anda memahami teknik penulisan.
  4. Karena anda selalu punya cerita menarik untuk ditulis.
  5. Karena anda tahu bagaimana menghasilkan tulisan yang menarik
  6. Karena anda selalu tahu apa yang harus ditulis.
  7. Karena anda selalu menemukan gagasan untuk ditulis
  8. Karena anda bisa mengembangkan gagasan menjadi tulisan.
  9. Karena anda selalu punya plot yang menarik
  10. Karena jari-jari anda terlatih.
  11. Karena anda punya waktu menulis.
  12. Karena anda mengembangkan kecakapan menulis.
  13. Karena anda tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kecakapan menulis.
  14. Karena anda memahami aspek-aspek penting untuk menghasilkan tulisan yang menarik.

Saya ingin anda mengembangkan kepercayaan diri seperti itu. Setidaknya, anda menjadi seperti itu dalam imajinasi anda. Dan, anda tahu, dalam bidang apa saja, imajinasi selalu mendahului kenyataan. Kalaupun anda tidak percaya, keyakinan saya tentang hal itu tidak berubah. Sebagai orang yang cenderung mempelajari apa-apa secara otodidak, idola saya adalah Bambang Ekalaya, rakyat jelata dalam pewayangan, seorang pembelajar otodidak yang berlatih memanah tiap hari di depan patung Dorna yang ia bikin sendiri, dan membayangkan bahwa ia dilatih langsung oleh orang yang ia kagumi itu. Dan ia berhasil mencapai level tertinggi kecakapan memanah yang hanya dimiliki oleh Arjuna, yang memang dilatih langsung oleh Dorna.

(AS Laksana, Sastrawan dan Esais)

Category: 

Esai AS Laksana: Menulis dan Akibat-Akibatnya

$
0
0

“Menulislah dan kau akan sehat,” kata Prof. John Sarno, guru besar ilmu kedokteran pada New York University. Ia ahli tulang belakang dan sudah menghadapi lebih dari 10 ribu pasien kronis yang mengalami masalah dengan punggung dan tulang belakang mereka dalam rentang waktu 10-30 tahun. Kebanyakan dari pasiennya itu mengalami radang sendi dan nyeri luar biasa di leher, punggung, bahu, dan bokong. Dengan bukunya yang berjudul Healing Back Pain: The Mind-Body Connection, Sarno juga orang yang memelopori pendekatan terapi kesaling-terkaitan tubuh dan pikiran. Dalam penelitiannya, ia menyimpulkan bahwa faktor emosi membawa pengaruh besar terhadap munculnya penyakit fisiki seseorang. Ada dua emosi besar yang ia tetapkan sebagai musuh utama, yakni kecemasan dan kemarahan. “Jika kau mengalami rasa sakit,” katanya, “maka periksalah apa yang membangkitkan kemarahan atau kecemasanmu.”

Asumsinya tentang hubungan pikiran-tubuh tidak terlalu mendapat dukungan dari kalangan medis. Kendati begitu, ia membuktikan efektivitas pendekatannya. Dari 3 ribu pasien yang pernah ia tangani, tingkat keberhasilannya mencapai angka 70%. Sisanya, 15% dari mereka mengalami perbaikan antara 40-80%. Itu tingkat keberhasilan yang melampaui apa yang dicapai melalui penanganan medis. Kepada para pasiennya atau siapa saja yang mengidap masalah fisik, Sarno menyarankan agar mereka menulis jurnal atau catatan harian. Ketika orang-orang bisa mengenali dan memahami apa yang melandasi kemarahan atau kecemasan mereka, simptom mereka akan lenyap dengan sendirinya. Ia mengatakan bahwa sekitar 20% dari pasien ini tidak secara sadar memahami apa yang memicu kemarahan atau kegelisahan mereka, dan orang-orang seperti ini memerlukan terapis untuk bisa menemukan apa yang terpendam di bawah sadar mereka.

Maka, menulislah dan anda akan sehat. Tunggu dulu, tidak hanya itu. “Menulislah dan kau akan meningkatkan keberuntunganmu,” kata Richard Wiseman. Ia telah melakukan penelitian untuk mencermati apa saja faktor yang membuat orang selalu beruntung, sementara orang-orang lainnya sial melulu. Setelah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor keberuntungan itu, ia kemudian mengembangkan Luck Project, sebuah pelatihan bagi orang-orang yang berminat meningkatkan keberuntungan mereka. Dan menulis adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam Luck Project itu untuk meningkatkan keberuntungan. Jadi, Wiseman menginstruksikan kepada peserta pelatihannya untuk membuat “Luck Diary”. Di buku harian itu, mereka mencatat apa saja keberuntungan yang mereka dapatkan setiap hari. Lebih lengkap tentang “Luck Diary”, anda bisa membacanya di tulisan ini, Luck Diary: Mengepung Diri dengan Keberuntungan. Maka, menulislah dan anda akan menjadi orang yang sehat dan penuh keberuntungan. Itu dua hal yang relatif baru saya pahami beberapa waktu belakangan. Meski menaruh minat pada tulis-menulis sejak kecil, saya tidak pernah berpikir bahwa menulis berguna bagi kesehatan dan bisa menjadikan diri kita orang yang beruntung. Keyakinan saya yang lebih awal tentang menulis, yang tetap saya pegang hingga sekarang, adalah bahwa menulis merupakan cara paling mujarab untuk memperbaiki fungsi pikiran. Menulis adalah latihan terus-menerus untuk membuat anda mampu berpikir jernih.

Dengan keyakinan semacam inilah saya dengan senang hati menaruh slogan “menulis jernih, berpikir jernih” di blog saya “Ruang Berbagi”. Itu juga cara untuk mengingatkan diri sendiri. Ketika anda menulis, anda memanfaatkan seluruh fungsi pikiran. Anda mengingat, menganalisa, membuat keputusan, membuat kesimpulan, mengaplikasikan pengetahuan anda, berlogika, dan sebagainya jika masih ada yang belum saya cantumkan. Karena itu menulislah jernih dan anda akan berpikir jernih. Ketika anda menulis jernih, anda menjernihkan pemikiran anda. Ketika anda menulis, anda belajar bertanggung jawab terhadap pernyataan-pernyataan anda. Sekarang anjuran saya menjadi lebih kuat karena beberapa alasan di atas. Menulislah, itu tindakan yang akan membuat anda sehat, bernasib baik, dan selalu memiliki kejernihan pemikiran.***

A.S. Laksana, sastrawan dan eseis.

A.S. Laksana (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 25 Desember1968; umur 46 tahun) adalah seorang sastrawan, pengarang, kritikus sastra, dan wartawanIndonesia yang dikenal aktif menulis cerita pendek di berbagai media cetak nasional di Indonesia. Ia belajar bahasa Indonesia di IKIP Semarang dan ilmu komunikasi di FISIPUniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia juga menjadi salah satu pendiri majalah Gorong-Gorong Budaya.

Laksana pernah menjadi wartawan Detik, Detak, dan Tabloid Investigasi. Selanjutnya, ia mendirikan dan mengajar di sekolah penulisan kreatif Jakarta School. Kini ia aktif di bidang penerbitan. Kumpulan cerita pendeknya yang berjudul Bidadari yang Mengembara terpilih sebagai buku sastra terbaik 2004 versi Majalah Tempo.

Category: 

Catatan Sekilas tentang Sastra Indonesia Mutakhir

$
0
0
Catatan ini adalah bagian dari tulisan lebih panjang, yang sudah saya selesaikan beberapa waktu lalu. Saya akan senang jika tulisan ini dimaknai sebagai sumbangan seorang pembaca yang menaruh harapan untuk kebaikan sastra Indonesia. Bagian utuhnya, yang lebih detail, akan saya tampilkan juga nanti di blog ini sebagai catatan akhir tahun. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan ini. Salam. A.S. Laksana

---

SEBAGAI pembaca, saya orang yang setia menunggu dan terus menaruh harapan, waktu demi waktu, akan lahirnya karya sastra Indonesia yang layak disetarakan dengan karya-karya para penulis terbaik luar negeri. Demi gampangnya, katakanlah, setara dengan karya-karya para pemenang Nobel Sastra. Karena itu saya bahagia sekali ketika Amba terbit dan mendapatkan pujian setinggi langit. Demikian juga ketika Pulang terbit. Itu dua novel mutakhir yang banyak dibicarakan orang.

Beberapa kali terlibat dalam urusan penjurian karya-karya fiksi, baik untuk buku yang sudah diterbitkan maupun naskah-naskah yang belum diterbitkan, yang segera tampak mencolok adalah kenyataan ini: kebanyakan penulis kita tidak memiliki kecakapan yang memadai untuk menyampaikan gagasan mereka ke dalam karya fiksi yang mereka tulis. Saya membayangkan hal itu serupa kita maju ke medan perang dengan persenjataan dan amunisi seadanya, atau bahkan dengan tangan kosong. Kurang lebih seperti gambaran yang ditanamkan di dalam benak kita melalui pelajaran sejarah bahwa para pahlawan kita mengusir penjajah dengan bersenjatakan bambu runcing.

Kebanyakan penulis kita juga adalah orang-orang yang berperang dengan menggenggam bambu runcing. Ada hasrat besar untuk menyampaikan masalah-masalah semesta, dan itu adalah hasrat yang tidak didukung oleh teknik yang memadai, dengan kecakapan yang pas-pasan saja. Hasilnya adalah karya yang seadanya.

Di luar mereka, di pihak pembaca, masih saja saya dengar pernyataan apriori bahwa karya sastra adalah karya yang ruwet dan susah dicerna. Pernyataan itu menyampaikan pesan implisit bahwa sastra adalah sesuatu yang tinggi sekali dan tidak terjangkau oleh orang kebanyakan. Dalam pengalaman saya, sesuatu menjadi sangat ruwet ketika saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahaminya. Misalnya, persamaan-persamaan matematika bagi saya adalah sesuatu yang ruwet sekali karena saya tidak mendalami bidang itu.
 

"Dalam pengalaman saya, sesuatu menjadi sangat ruwet ketika saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahaminya. Misalnya, persamaan-persamaan matematika bagi saya adalah sesuatu yang ruwet sekali karena saya tidak mendalami bidang itu."

Jadi ada dua masalah penting yang layak dikaji jika kita membicarakan sastra Indonesia, yakni masalah di pihak pembaca dan masalah di pihak penulis. Apa yang membuat para penulis kita sedemikian tidak terampil bercerita dan apa yang terus-menerus menghidupkan pandangan bahwa karya sastra adalah sesuatu yang ruwet?

Secara umum, baik penulis maupun pembaca adalah orang-orang yang dibesarkan dalam situasi pendidikan yang kurang lebih serupa. Pelajaran sastra, pada masa saya sekolah, memberi tahu bahwa susastra adalah seni berbahasa indah dan bahasa sastra adalah bahasa yang berbeda dari bahasa keseharian. Maka diberikanlah contoh-contoh syair para penulis zaman dulu, juga sinopsis Sitti Nurbaya dan kawan-kawan seangkatannya dan sejumlah hal yang mesti dihapal tentang pengarang dan karyanya dan angkatan-angkatan yang ada dalam sejarah sastra Indonesia. Dan saya membuat kesimpulan: seperti itulah karya sastra. Kalau saya berniat menulis sastra, kurang lebih saya harus membuat karya yang seperti itu.

Buku pelajaran sastra sekarang tampaknya agak berbeda. Ia punya banyak kemauan dan cerewetnya minta ampun. Saya berani mengatakan bahwa buku pelajaran sastra Indonesia saat ini adalah buku paling cerewet yang pernah saya baca. Dengan buku semacam itu, anda bisa bilang bahwa sastra diajarkan di sekolah-sekolah dalam cara yang tidak sastrawi sama sekali dan dengan penuturan yang tidak mengenal metafora dan implikasi. Metode pengajaran sastra di sekolah-sekolah itu mengingatkan saya akan kondisi masyarakat negeri Bonga, sebuah negeri fiktif, dalam kolom Umberto Eco. Di negeri Bonga, kata Eco, segala benda atau tindakan harus dijelaskan. Di setiap rumah ada tulisan “Ini rumah” dan setiap orang yang berniat tertawa saat melihat acara lelucon akan memberi tahu lebih dulu: “Karena ini acara lelucon, maka saya tertawa.”

Seperti itulah situasi yang saya temui di dalam buku pelajaran sastra Indonesia untuk kelas VII (SMP). Semua yang ingin dicapai melalui pelajaran sastra disampaikan oleh para penulis buku pelajaran tesebut. Mereka seperti takut jangan-jangan para siswa tidak tahu tujuan mempelajari kesastraan. Maka segala hal diterangkan dalam cara yang lugu dan dalam rumusan yang membuat siswa tidak menjadi lebih paham tentang apa yang dirumuskan. Misalnya, "dongeng adalah cerita yang penuh keajaiban dan mengandung pesan moral yang baik. Dongeng harus disampaikan dalam urutan yang baik." Dan seperti apa urutan yang baik? “Urutan yang baik, berkaitan dengan alur cerita. Alur cerita harus berjalan dengan baik sehingga ceritanya menjadi jelas ketika didengar.”

Kemudian ketika mereka menjelaskan buku anak, mereka menyampaikannya seperti ini: “Buku cerita anak adalah bacaan sastra yang diperuntukkan bagi anak. Tokoh, alur, tema, latar, dan amanat disesuaikan dengan perkembangan mental dan emosi anak.”

Dalam penjelasan tentang alur cerita yang baik, anda tidak pernah tahu seperti apa “alur cerita yang berjalan dengan baik” atau urutan yang baik itu dimulai dari mana dan diakhiri di mana. Dalam penjelasan tentang bacaan anak, anda tidak mendapatkan pemahaman lebih tentang cerita anak. Cara buku itu menyampaikan, sama dengan jika kita mendengar orang menjelaskan bahwa air adalah benda cair; jika dipanaskan, air bisa mendidih; jika didinginkan di dalam kulkas, air bisa membeku.”

Pesan moral dalam karya seperti ditegaskan sebagai inti pelajaran sastra. Setiap tulisan yang dijadikan contoh, disebutkan pesan moralnya, seolah para penyusun buku itu cemas bahwa murid-murid akan keliru memahami pesan moral cerita-cerita yang mereka jadikan contoh. Mereka tidak pernah memahami bahwa menuliskan pesan moral dalam cerita adalah tindakan membatasi kemampuan berpikir atau berimajinasi anak-anak. Setiap orang akan menemukan pemahaman sendiri berdasarkan pengalaman masing-masing, yang berbeda satu sama lain. Kebebasan menafsir semacam itu tak pernah mendapatkan ruang dalam buku pelajaran yang ceriwis.

Maka, pembaca sastra kita adalah orang-orang yang sejak kecil sudah dicekoki dengan keyakinan bahwa karya sastra adalah sebuah karya yang mengandung pesan moral. Bertahun-tahun kemudian, jika mereka tidak segera menemukan pesan moral dalam cerita-cerita yang mereka baca, mereka akan langsung mengatakan bahwa sastra adalah karya yang ruwet.
 

"...pembaca sastra kita adalah orang-orang yang sejak kecil sudah dicekoki dengan keyakinan bahwa karya sastra adalah sebuah karya yang mengandung pesan moral. Bertahun-tahun kemudian, jika mereka tidak segera menemukan pesan moral dalam cerita-cerita yang mereka baca, mereka akan langsung mengatakan bahwa sastra adalah karya yang ruwet."

Murid-murid sekolah, yang disuntik dengan keyakinan semacam itu, bertahun-tahun kemudian ada juga yang menjadi penulis, ada yang menjadi pembaca, namun sebagian besar tidak pernah menjadi pembaca maupun penulis. Mereka yang menulis, sebagian mengamalkan ajaran dari buku-buku pelajaran yang mereka terima ketika sekolah, menjadi para pendakwah pesan moral, sebagian memberontak. Dan keduanya melakukan itu semua dengan kecakapan yang tidak memadai, sebagaimana yang saya sampaikan di awal tulisan ini.

Bahkan pada karya-karya terkini yang dipuji begitu melambung oleh beberapa orang, misalnya Amba karya Laksmi Pamuntjak dan Pulang karya Leila S. Chudori, tampak juga sejumlah kelemahan penggarapan. Saya tidak ingin mengagung-agungkan urusan teknik penulisan. Bagaimanapun, itu hanya urusan teknik dan orang dengan mudah bisa menyepelekan bahwa teknik adalah hal yang membelenggu imajinasi. Bagi para medioker mungkin teknik memang membelenggu. Namun di tangan para maestro, yang sangat menguasai teknik, biasanya teknik justru menghilang dan yang muncul adalah keindahan. Jika apa-apa yang bersifat teknis masih menonjol, maka anda tahu bahwa penulisnya adalah anak sekolahan atau ia baru mulai belajar menulis.

Amba, yang dipuji keindahan bahasanya (Bambang Sugiharto dalam tulisannya di Kompas menyebutnya sebagai karya dengan mutu “world class”), bisa dengan gampang kita ketahui bahwa ia dituturkan dalam teknik Goenawan Mohamad bertutur. Hal ini kita bisa temui di halaman pertama dan di halaman mana pun dari novel tersebut.

“Di Pulau Buru, laut seperti seorang ibu: dalam dan menunggu. Embun menyebar seperti kaca yang buyar, dan siang menerangi ladang yang diam. Kemudian malam akan mengungkap apa yang hilang oleh silau.” (Laksmi Pamuntjak)

“Bintang pagi: seperti sebuah sinyal untuk berhenti. Di udara keras kata-kata berjalan, sejak malam, dalam tidur: somnambulis pelan, di sayap mega, telanjang, ke arah tanjung yang kadang menghilang.” (GM)

Keterpengaruhan adalah hal yang jamak dalam penulisan, sebagaimana juga dalam bidang-bidang kreatif lain seperti musik, seni lukis, drama, dan sebagainya. Dalam menulis Amba, entah disadari entah tidak, Laksmi tampaknya memilih mengadopsi semua teknik bertutur GM. Tentang kenapa ia memilih gaya penuturan GM, dan bukan Gerson Poyk atau Hamsad Rangkuti, untuk menyampaikan Amba, itu hak Laksmi sepenuhnya. Ia memiliki pertimbangan tersendiri apakah lebih baik bertutur menirukan orang lain atau memunculkan suaranya sendiri.

Masalahnya ia berupaya terlalu keras merias bahasa dan abai terhadap sejumlah elemen lain dalam penceritaan. Amba menjadi gagal dalam penokohan karena pengarangnya terasa mendesakkan kehadiran, dan terus-menerus menitipkan suaranya, di dalam novel itu. Jika anda membaca teliti, anda akan dengan mudah mendapati bahwa karakter Amba tidak berbeda, atau sudah menjadi seperti itu, baik baik ia berumur delapan, dua belas, maupun enam puluh dua tahun. Mungkin semenjak lahir sudah begitu, karena sering dalam beberapa penuturan saya jumpai juga pernyataan “Amba tahu semenjak lahir….

Catatan lain, ia tersandung-sandung di sejumlah urusan detail. Kekeliruan dalam detail ini merupakan kecelakaan fatal ketika ia dimaksudkan, atau dikesankan, sebagai novel “realistik”, yang berhasrat mengungkap “kebenaran sejarah”.

Gangguan serius saya rasakan juga saat membaca Pulang. Mengandalkan kekuatan presentasi pada plot, Pulang menjadikan karakter-karakter di dalamnya tampil seperti wayang belaka dan di dalamnya banyak adegan percintaan yang berlangsung gampangan dan bisa terjadi di sembarang tempat--dengan beberapa kali terjadi adegan tokoh lelaki "mengangkat dagu" dan melumat tokoh perempuan--serupa film Hollywood. Seperti ingin menempatkan diri di seberang Amba, Leila menegaskan bahwa ia antipuisi. Namun, persoalan pada Pulang bukan apakah ia anti atau pro-puisi. Dalam membaca novel itu saya beberapa kali tersandung oleh pemerian-pemerian yang tidak pas dan pameran referensi yang memberikan kesan snob. Simak kutipan berikut:

“Seperti jala hitam yang mengepung kota; seperti segalon tinta yang ditumpahkan seekor cumi raksasa ke seluruh permukaan Jakarta.” (Saya kaget pada pemerian tentang malam yang sudah turun ini. Cukupkah hanya segalon tinta untuk menghitamkan seluruh permukaan Jakarta?) Jika tidak hati-hati, anda tahu, hasrat untuk memegahkan bahasa sering membuat penulisnya tersandung sendiri. Lebih serius dari itu, pemerian saya kira juga harus mempertimbangkan nalar.

“Aku masih mendengar siulan gerobak putu yang kini seperti memainkan ‘Miroirs’ dari Ravel. Mengapa bukan ‘Bolero’, aku tak paham.” (Terus terang, saya juga tak paham kenapa bunyi monoton siulan putu itu memilih memainkan Ravel dan bukan Koes Plus atau Orkes Keroncong Gaya Baru Malam. Dan sampai cerita itu berakhir, saya tetap tidak mendapatkan penjelasan kenapa suling putu itu seperti memainkan ‘Miroirs’ dari Ravel. Dan apa guna ia memainkan komposisi itu dalam cerita ini?)

Harapan saya mulai kendor tentang Amba dan Pulang. Tetapi saya terus menamatkannya, saya bahkan membaca Amba berkali-kali, dan mendapati bahwa kedua novel tersebut tampaknya berangkat dari prasangka bahwa segala yang berbau negara, atau siapa pun yang ada hubungannya dengan negara, adalah buruk dalam segala hal, baik pikiran, tindakan, maupun penampilan fisik. Maksud saya, kedua novel itu membuat generalisasi tentang negara dan setiap figur yang menjadi bagian dari “negara” itu. Generalisasi adalah gangguan serius dalam penulisan fiksi dan ini sering menghinggapi para penulis yang dipenuhi keprihatinan besar akan kondisi masyarakat dan sikap kritis terhadap negara, namun tidak memiliki cara berbeda untuk menyampaikannya.

Dengan perlawanan keras terhadap negara, yang  dianggap keliru memperlakukan orang-orang yang bukan komunis atau “belum komunis”, tanpa disadari tiba-tiba mereka menjadi pendukung asumsi kuno Cesare Lombroso tentang manusia penjahat. Dalam bukunya yang terbit tahun 1876 berjudul L'uomo delinquente (Manusia Penjahat), Lombroso menyebutkan ciri-ciri manusia penjahat sebagai berikut: memiliki rahang yang luar biasa besarnya, memiliki tulang pipi yang tinggi, ada tonjolan melengkung pada alis, ada garis-garis yang tegas pada telapak tangan, rongga matanya sangat besar, tidak memiliki kepekaan terhadap rasa nyeri, penglihatannya sangat tajam, memiliki kegemaran menato tubuh, kemalasannya sungguh berlebihan, memiliki kesukaan terhadap pesta gila-gilaan, dan keinginannya untuk menumpahkan darah sungguh tak tertahankan. Masih ada satu ciri lagi, telinganya berbentuk gagang wajan. Konon telinga gagang wajan ini lazim terdapat pada para penjahat, orang primitif, dan kera. Pendeknya, para penjahat biasanya memiliki anggota-anggota tubuh yang ukurannya melenceng dari ukuran manusia normal.

Kebanyakan film kacangan Hollywood adalah pendukung gagasan Lombroso dalam menggambarkan karakter orang jahat, juga fiksi-fiksi lain yang dipengaruhi oleh film-film Hollywood. Tapi tidak semua begitu; film-film Hollywood yang baik tidak menggunakan stereotipe itu untuk menampilkan manusia penjahat. Don Vito Corleone, misalnya, adalah sosok yang tampan dan kharismatik dan selalu menampakkan perangai lembut. Dan ia orang jahat yang mengerikan. Stereotipe orang jahat dalam novel Amba dan Pulang, dalam hal ini orang-orang di pihak negara, memang tidak digambarkan dalam detail yang pengukurannya oleh Lombroso melibatkan peralatan meteran dan jangka, tetapi mereka nyaris selalu digambarkan buruk lahir dan batin.

Kedua novel yang kita bicarakan itu mengolah peristiwa 1965, sumber utama cerita-cerita politik kita. Saya sesungguhnya agak bosan dengan tema itu dan berharap bahwa situasi-situasi politik mutakhir kita juga bisa menjadi bahan cerita yang menarik di tangan para penulis. Kenapa peristiwa-peristiwa hari ini tidak mampu melahirkan karya-karya yang menarik? Saya curiga bahwa kecakapan teknik untuk itu tidak memadai. Ketidakcakapan mengolah bahan yang dipungut dari situasi hari ini hanya akan melahirkan karya-karya yang seperti laporan jurnalistik, tetapi tidak bisa dipercaya fakta-faktanya.

Okky Madasari adalah salah satu yang rajin mengolah situasi masyarakat kita hari ini dan memfiksikannya—dan tahun lalu ia mendapatkan penghargaan Khatulistiwa Literary Award untuk kerajinannya melalui novel Maryam. Okky tampaknya menulis dengan hasrat besar untuk membuat pembacanya terharu. Termasuk dalam Maryam. Ia cenderung mengolah fakta, bahan tulisannya, menjadi melodrama. Dan melodrama pada umumnya adalah drama yang memang dimaksudkan untuk menguras air mata.

Dengan catatan semacam ini terhadap novel-novel yang dipuji beberapa orang sebagai karya bagus, dan tanpa niat untuk membuat generalisasi bahwa mereka mewakili mutu kebanyakan karya sastra Indonesia, saya tetap mencoba mempertahankan harapan saya akan lahirnya karya yang betul-betul bagus suatu saat nanti. Jika anda punya harapan sama dengan saya, tampaknya kita harus bersabar untuk itu, sampai kita tahu bagaimana cara terbaik mengajarkan sastra kepada anak-anak. Pengajaran yang baik sejak kanak-kanak akan membuat mereka tumbuh dengan pemahaman yang lebih beres tentang sastra, dan kelak mereka bisa menulis dengan wawasan yang lebih kaya, dan dengan kecakapan yang lebih memadai. [*]

____________________________________
Category: 

Awas, ISIS Ancam New York, Tebar Teroris ke Eropa

$
0
0

KONFRONTASI-ISIS, lewat video yang baru dirilis, mengancam akan menyerang New York Time Square -- salah satu tempat paling populer di dunia.

Video propaganda itu dimulai dengan cuplikan pidato Presiden Prancis Francois Hollande yang menyatakan ISIS bertanggung jawab atas Serangan Paris. Setelah itu muncul pernyataan ISIS bahwa pembom bunuh diri bersiap menyerang New York Time Square.

Dalam salah satu adegan diperlihatkan seorang militan membuat persiapan menarik, diselingi gambar-gambar situasi Manhattan dengan taksi warna kuning.

Video berdurasi enam menit, dengan iringan musik Prancis, berisi rekaman yang pernah dirilis April lalu. Yang terbaru dari video itu adalah gambar Serangan Paris dan Hollande.

Walikota New York Bill de Blasio dan New York Police Department (NYPD) merespon video terbaru ISIS.

"Kami akan meningkatkan kewaspadaan dan akan terus bekerja sama dengan FBI dan komunitas intelejen," ujarnya.

- Lebih 1.200 anggota ISIS asal Eropa kembali ke negara masing-masing dalam dua tahun terakhir.

Associated Press memberitakan 250 teroris kembali ke Prancis, 350 ke Inggris, 250 ke Jerman, 130 ke Belgia, 125 ke Swedia, dan sisanya ke beberapa negara Eropa lainnya.

Pengacara yang mendampingi anggota ISIS yang kembali mengatakan sebagian besar mereka yang kembali ke Prancis ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

"Sistem perandilan mencoba mencari tahu siapa yang paling berbahaya dan tidak," kata pengacara itu.

"Namun, karena Prancis tidak punya banyak tenaga kerja di penjara, para mantan anggota ISIS ditempatkan di satu penjara. Itulah yang membuat mereka jadi lebih berbahaya," lanjutnya.

Masih banyak anggota ISIS yang mendekam di penjara, tanpa tahu nasib mereka. Mereka kerap bertanya mengapa kalian membiarkan kami membusuk di penjara.

Saat ini, 520 warga Prancis masih bertempur bersama ISIS di Suriah dan Irak.(INL.K)

Category: 

Laporan Sudirman Said ke MKD DPR jadi Blunder bagi Freeport

$
0
0

KONFRONTASI-Kasus dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden dalam proses renegoisasi kontrak PT Freeport Indonesia diperkirakan akan menjadi blunder bagi perusahaan asal Amerika Serikat itu.

Terutama, setelah beredarnya transkrip rekaman percakapan yang diduga melibatkan anggota dewan dan pengusaha, dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin.

"Ini kan bagian dari satu rangkaian, jadi dia sendiri yang buat blunder-blunder. Karena ciri Freeport nggak kayak gini. Kalau nanti dia terbukti membuat rekaman, luar biasa ini Freeport bisa bangkrut gara-gara Said (menteri ESDM)," kata anggota Fraksi PDI Perjuangan Effendi Simbolon dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (21/11/2015).

Anggota dewan yang diduga terlibat dalam rekaman percakapan itu adalah Ketua DPR Setya Novanto. Sementara, pengusaha yang dimaksud yakni Chalid Muhammad.

Transkrip percakapan itu sebelumnya disampaikan Sudirman kepada Mahkamah Kehormatan Dewan ketika membuat laporan terkait dugaan pelanggaran kode etik oleh Novanto.

Sebagai pembantu Presiden di Kabinet Kerja, menurut Effendi, Sudirman seharusnya cukup melaporkan hal itu kepada presiden dan wakil presiden. Setelah itu, menjadi tugas presiden untuk membuat surat kepada MKD terkait adanya hal ini.

"Jadi, tidak liar begitu. Kalau demikian, tata negara kita saya kira bukan diatur demikian," ujarnya

Wakil Ketua DPR Fadli Zon menduga Ketua DPR Setya Novanto telah dijebak dalam kasus pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden.

Sebab, jika melihat transkrip percakapan yang beredar di publik, ia melihat, tidak ada satu pun pernyataan Novanto yang meminta saham kepada PT Freeport Indonesia untuk Presiden dan Wakil Presiden.

"Kesimpulan kita, sudah banyak jebakan atau dalam dunia intelijen ada sting operation. Presdir Freeport itu kan mantan intel juga," kata Fadli dalam diskusi bertajuk "Freeport Bikin Repot" di Jakarta, Sabtu (21/11/2015).

Sting information yang ditujukan kepada Novanto, menurut dia, merupakan bagian dari manuver untuk memperpanjang kontrak Freeport sejak dini. Sebab, jika merujuk kepada UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral Batubara, perbincangan proses renegosiasi kontrak Freeport baru bisa dilakukan dua tahun sebelum kontrak perusahaan asal Amerika Serikat itu habis pada 2021.

Jika nantinya dalam proses di MKD laporan yang diajukan Menteri ESDM Sudirman Said tidak terbukti, ia menyarankan agar Novanto membuat laporan polisi.

"Sudirman Said itu seharusnya dilaporkan ke polisi," katanya. (KCM)

Category: 

Tidak Boleh Membenarkan Tindakan Sudirman Said. Nanti Negara kita jadi Gerombolan, kata Effendi Simbolon PDIP

$
0
0

KONFRONTASI-Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Effendi Simbolon menilai Presiden Joko Widodo bersalah jika merestui langkah Menteri ESDM Sudirman Said mengadukan pembicaraan Ketua DPR Setya Novanto soal kontrak Freeport ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Menurut Effendi, klarifikasi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan bahwa Jokowi tidak memberi restu kepada Sudirman, telah mengembalikan kepercayaan DPR kepada Jokowi.

"Bagi saya, mengikuti gaya seorang pembantu Presiden, kita bisa jadi lebih bodoh daripada dia, seperti kurang kerjaan, apalagi diamini Wapres dan Presiden. Untunglah Pak Luhut menganulir itu, jadi kita bisa trust lagi ke Jokowi," ujar Effendi, dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (22/11/2015).

Menurut Effendi, jika Presiden memerintahkan Sudirman untuk membongkar pembicaraan Ketua DPR Setya Novanto terkait Freeport, maka Presiden sama saja telah membiarkan prinsip ketatanegaraan dirusak.

Effendi berpendapat, Sudirman seharusnya membicarakan masalah kontrak Freeport ke Komisi VII DPR. Jika mengalami persoalan, Sudirman bisa saja melapor kepada Presiden. Penyelesaian akan dilakukan dengan mekanisme rapat antara DPR dan Presiden.

"Ini tidak perlu jadi konsumsi publik. Tidak boleh kita membenarkan tindakan (Sudirman) seperti itu. Nanti negara kita jadi gerombolan, makanya kurs tidak pernah sehat, karena orang distrust (tidak percaya)," kata Effendi.

Sebelumnya, Sudirman melaporkan Ketua DPR Setya Novanto ke MKD atas dugaan mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait pembahasan kontrak karya PT Freeport Indonesia.

Ia mengklaim telah mendapat persetujuan Jokowi dan Kalla. Meski demikian, hal tersebut dibantah oleh Luhut. Menurut dia, tak ada restu dari Presiden kepada Sudirman untuk membawa kasus itu ke MKD. (KCM)

Category: 

Surat Sudirman Said ke Freeport sempat Mencuat ke Permukaan, Tapi Tenggelam Isu Pencatutan

$
0
0

KONFRONTASI - Kasus Freeport tak sebatas pencatutan nama dua petinggi republik. Bulan lalu, tepatnya 7 Oktober 2015, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyurati Chairman Freeport McMoran James Robert Moffett.

Surat bernomor 7522/13/MEM/2015 itu sempat mencuat ke permukaan, sebelum akhirnya tenggelam karena isu pencatutan.

Ada 4 poin penting di surat itu, sebagai jawaban atas permohonan perpanjangan operasi PT Freeport Indonesia yang dikirim Moffett pada tanggal yang sama.

Pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy menilai surat Sudirman Said tersebut adalah substansi utama persoalan Freeport selama ini.

Dalam surat itu, tutur dia, Sudirman seakan menjanjikan perubahan atau penataan regulasi demi kepentingan Freeport.

"Persoalan besarnya di mana? Kenapa anda (Menteri ESDM) mesti menjanjikan penataan regulasi yang sesuai dengan kepentingan Freeport. Itu surat nya Sudirman 7 Oktober 2015, itu masalahnya," ujar Noorsy dalam salah satu acara diskusi di Jakarta, Minggu (22/11/2015).

Berdasarkan poin keempat surat Sudirman tersebut disampaikan bahwa persetujuan perpanjangan kontrak Freeport Indonesia akan diberikan segera setelah hasil penataan peraturan dan perundangan di bidang mineral dan batubara diimplementasikan.

Selain itu, masih dalam poin keempat, Sudirman menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen memastikan keberlanjutan investasi asing di Indonesia.

Namun untuk itu, perlu adanya penyesuaian peraturan. Bagi Ichanuddin Noorsy, dengan surat itu, Sudirman telah melanggar sumpah jabatan sebagai menteri.

"Dia tidak patuh kepada jabatan. Kenapa? Karena sesungguhnya seorang menteri tak boleh menjanjikan bahwa peraturan perundang-undangan itu disesuaikan dengan kepentingan asing," kata dia.

Terkait dengan hal tersebut, masyakarat juga diminta untuk cermat melihat lebih dalam substansi kasus Freeport, hingga tak hanya terpaku pada persoalan pencatutan.

Caranya, cermati timeline kasus Freeport dari 8 Juni 2015 hingga 7 Oktober 2015. Setidaknya ada 4 peristiwa penting yang menurut dia harus diperhatikan dalam rentan waktu tersebut.

Pertama pertemuan antara Ketua DPR RI Setya Novanto, Pengusaha Reza Chalid, dan Direktur Utama Freeport Indonesia Ma'ruf Syamsuddin.

Kedua, adanya nota kesepahaman antara Pemerintah dan Freeport pada 25 Juli 2015. Tanggal tersebut merupakan batas masa nota kesepahaman (MOU) tahap kedua renegosiasi kontrak Freeport yang dimulai sejak 25 Januari 2015.

Ketiga, adanya surat Dirjen Mineral dan Batubara kepada Freeport pada 31 Agustus 2015. Surat dengan 1507/30/DJB/2015 merupakan teguran kepada Freeport karena dinilai tidak beritikad baik dan bermaksud tidak akan menyelesaikan amandemen Kontrak Karya (KK).

Selain itu Freeport jug dinilai tidak taat kepada UU Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 169 huruf (b). Sementara peristiwa keempat adalah adanya surat Sudrman Said kepada Chairman Freeport McMoran James Robert Moffett pada 7 Oktober 2015.(KCM)

Category: 

Freeport dan Bisnis Orang Kuat

$
0
0

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said melaporkan salah satu politisi Senayan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan DPR yang mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden untuk mendapat jatah 20,64 persen saham PT Freeport Indonesia yang didivestasikan ke pihak nasional (pemerintah pusat, daerah, BUMN-BUMD, dan swasta nasional).
jitet

Politisi itu juga meminta jatah 49 persen saham PLTU Urumuka, sebuah PLTU yang direncanakan menjadi pembangkit listrik terbesar di Indonesia.

Permintaan itu muncul dalam transkrip pembicaraan antara politisi, salah satu pengusaha, dan perwakilan Freeport. Jika Freeport sepakat dengan permintaan politisi itu, maka raksasa tambang asal Amerika Serikat itu bisa mengakumulasi modal dari kekayaan tambang emas dan tembaga di Grasberg, Papua, sampai tahun 2041.

Freeport memang sedang melakukan renegosiasi kontrak; penerimaan negara, luas lahan, perpanjangan kontrak, kewajiban divestasi, kewajiban pengolahan dalam negeri, dan kewajiban penggunaan barang dan jasa pertambangan dalam negeri dengan pemerintah.

Renegosiasi adalah meninjau kembali kontrak-kontrak lama yang dianggap merugikan negara. Renegosiasi kontrak adalah perintah konstitusi UUD 1945 yang mengamanatkan pertambangan strategis perlu dikelola negara untuk kesejahteraan rakyat.

Namun, sampai saat ini, Freeport dan pemerintah belum sepakat untuk membangun smelter di Papua. Freeport berkukuh tetap membangun smelter di Gresik, Jawa Timur, berpartner dengan Mitsubishi Material Corp.

Pembangunan smelter baru ini juga untuk mengantisipasi produksi tembaga dari tambang underground; Deep Ore Zone Block Cave, Big Gossan, Deep Mill Level Zone Block Cave, dan Grasberg Block Cave, sebesar 24.000 pound tembaga tahun 2018.

Padahal, pilihan lokasi pembangunan smelter di Gresik tak adil. Antara Papua dan Gresik adalah jarak yang jauh. Melintasi pulau yang jauh dan melewati lautan luas minus infrastruktur laut.

Lokasi yang jauh membutuhkan logistik pengangkutan. Pilihan lokasi pembangunan smelter di Gresik menyebabkan Papua kehilangan kesempatan investasi karena produk ikutan dari tembaga sangat banyak.

PT Smelting yang berkapasitas 300.000 ton, misalnya, memproduksi sulfuric acid (920.000 ton per tahun), gypsum (35.000 ton, untuk industri semen), copper slag (655.000 ton untuk semen dan beton), anode slime (1.800 ton untuk pemurnian emas dan perak), dan copper telluride (50 ton, untuk semikonduktor).

Jika smelter baru dibangun di Mimika, Papua mendapat untung besar karena produk ikutan itu akan membuka ruang bagi mekarnya proses industrialisasi di Papua.

Bukan hanya smelter. Freeport dan pemerintah juga belum sepakat soal masa berakhir kontrak. Freeport meminta perpanjangan kontrak sampai 2041, sementara kontrak berakhir hanya sampai 2021.

Ruang bagi perusahaan milik negara seperti PT Aneka Tambang Tbk untuk mendapat saham yang didivestasikan Freeport Indonesia juga tertutup karena ketiadaan dana untuk membeli saham Freeport yang amat mahal itu.

Boleh jadi, itulah sebabnya mengapa DPR tak sepakat dengan upaya pemerintah memasukkan injeksi modal senilai 3 miliar dollar AS dalam APBN 2016. Padahal, injeksi modal itu sangat penting bagi perusahaan milik negara untuk mendapat saham Freeport sehingga BUMN menjadi kuat.

Sayangnya, pemerintah dan politisi cenderung mendivestasikan saham Freeport melalui penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di pasar modal yang tak mungkin bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, tetapi hanya untuk kesejahteraan politisi dan pemodal yang memiliki uang banyak dan memiliki akses ke bank untuk membeli saham Freeport.

Bisnis orang kuat

Tambang Grasberg adalah tambang paling menguntungkan di dunia. Pada akhir 2010, Freeport menghasilkan penjualan 6,72 miliar dollar AS untuk Freeport McMoRan.

Tambang itu juga menghasilkan laba kotor sebesar 4,17 miliar dollar AS pada akhir 2010. Cadangan tembagamencapai 33,7 juta pound dan emas mencapai 33,7 juta ons, selain sekitar 230.000 ton ore milled per hari.

Saking kayanya tambang Grasberg, setiap orang ingin mendapat keuntungan dari Freeport.

Tak banyak publik di Tanah Air yang paham bahwa banyak juga pebisnis lokal yang turut mendapat keuntungan dari operasi tambang Grasberg.

Perusahaan-perusahaan lokal itu tak terjun langsung dalam operasi produksi, tetapi mereka hanya menyediakan jasa, berupa penyedia jasa pelabuhan untuk bongkar-muat bahan tambang, jasa pemasok BBM, sampai pada jasa pemasok katering untuk ribuan karyawan Freeport Indonesia.

Itulah sebabnya mengapa politisi Senayan meminta jatah 49 persen saham PLTU Urumuka.

PT Ancora International Tbk (OKAS), misalnya, menyediakan pasokan ammonium nitrate (bahan peledak) sebesar 40.000 ton tahun 2011 dan meraup pendapatan Rp 281 miliar dari Freeport.

PT Kuala Pelabuhan Indonesia (anak usaha PT Indika Energi Tbk) menyediakan jasa pelabuhan dan untung Rp 233 miliartahun 2011. Darma Henwa (Bakrie Group) mengantongi kontrak senilai 11 juta dollar AS untuk membangun dua terowongan 4,8 kilometer dan akses jalan 4.000 meter.

Sementara Pangan Sari Utama menyediakan katering seluruh karyawan Freeport. Bisnis ini tentu bukan bisnis kecil, tetapi bisnis ratusan miliar rupiah.

Semua perusahaan-perusahaan di atas adalah milik orang-orang kuat di Republik ini. Freeport adalah bisnis orang kuat; politisi, penguasa partai politik dan pengusaha yang memiliki akses dekat dengan penguasa atau yang memiliki nilai tawar besar dengan pemerintah.

Pola kerja sama Freeport dengan perusahaan-perusahaan lokal tergantung dari rezim yang memimpin Republik.

Pada zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Freeport Indonesia lebih memberi karpet merah kepada perusahaan-perusahaan swasta nasional yang dekat akses kekuasaan.

Sementara pada zaman pemerintahan Jokowi-Kalla, pola kerja sama itu kelihatan akan bergeser ke perusahaan milik negara (BUMN). Pergeseran ini boleh jadi karena pemerintahan Jokowi-Kalla mau memberi ruang besar kepada perusahaan BUMN dalam membangun negeri ini.

Freeport Indonesia telah melakukan penjajakan kerja sama dengan PT Bukit Asam (Tbk), PT Pindad, dan PT Bahana untuk meningkatkan penyerapan penggunaan barang dan jasa dalam negeri atau lokal konten dengan harga yang kompetitif.Direktur Utama PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin mengatakan realisasi belanja lokal Freeport Indonesia per 10 Juli 2015 mencapai 422 juta dollar AS. (Baca Kontan.co.id, 20/9/2015)

Jika kerja sama dengan BUMN terealisasi, perusahaan-perusahaan seperti Ancora Resources dan AKR Corporindo merugi.

Begitupun jika Freeport diwajibkan membangun smelter di Papua, maka PT Kuala Pelabuhan Indonesia (PT Indika Energi Tbk) yang menyediakan jasa pelabuhan untuk Freeport tak dapat mengais untung lagi dari Freeport.

Begitupun perusahaan jasa pengangkutan konsentrat, seperti Meratus Line (Charles Menero), akan merugi karena tak bisa mengangkut konsentrat dari Mimika menuju smelter Freeport di Gresik.

Ketika pemerintah pada Januari 2014, mengeluarkan kebijakan larangan ekspor mineral mentah ke luar, pasti banyak perusahaan pengapalan yang mendapat jatah bisnis dari Freeport berteriak kencang, karena tak ada lagi pasokan bahan tambang untuk diekspor.

Perusahaan lokal yang mendapat untung dari Freeport tentu bukan karena faktor kompetensi dan kinerja mereka dalam bidangnya masing-masing. Jika begitu soalnya, tentu masih banyak perusahaan lokal lain yang lebih kompeten dari mereka. Perusahaan itu justru menjadi mitra bisnis Freeport, karena pemiliknya adalah orang-orang kuat di negeri ini.

Bagi Freeport Indonesia, mendapat mitra bisnis yang dekat dengan penguasa, akan mempermudah ekspansi bisnis mereka di Grasberg. Keamanan investasi mereka juga bisa terjaga dan tekanan pebisnis lokal untuk menyerukan nasionalisasi Freeport mengecil.

Sementara, bagi penguasa, masuknya perusahaan lokal untuk berbisnis dengan Freeport sebagai balas budi karena memang mereka telah banyak mengeluarkan dana ketika kampanye pemilihan pemimpin negeri ini.

Korporasi lokal-global kemudian bahu- membahu membendung renegosiasi kontrak.Padahal, baik korporasi global maupun korporasi lokal memiliki karakter sama. Dua-duanya tak dapat menjamin keadilan sosial, mengangkat derajat kaum miskin alias membunuh demokrasi dengan bendera logika kepentingan diri (self-interest).

Jika renegosiasi kontrak gagal, pemerintah kehilangan momen mengembalikan amanat konstitusi UUD 1945 dan korporasi tetap permanen menjarah habis kekayaan negeri alam kita di Grasberg, Papua.

Kesejahteraan rakyat terbengkalai, lingkungan tak terurus, dan pembagian keuntungan tak adil. Pelanggaran hak asasi manusia, seperti tragedi kematian yang merenggut nyawa 28 pekerja di lubang tambang Big Gossan (14/5/2013) milik Freeport diabaikan begitu saja. Semua itu terjadi karena multi-kepentingan yang ingin mengais untung dari Freeport.

 
Kembalikan martabat konstitusi

Langkah Menteri ESDM melaporkan politisi Senayan yang ingin mendapat jatah bisnis Freeport perlu kita dukung. Langkah itu penting untuk membongkar kepentingan politik yang menghambat renegosiasi kontrak dan sebagai bagian dari reformasi tata kelola kelembagaan DPR.

DPR bertugas mengawasi kinerja pemerintah untuk mempercepat renegosiasi kontrak Freeport agar tak keluar dari konstitusi UUD 1945. Renegosiasi harus dapat meningkatkan penerimaan negara agar rakyat sejahtera.

DPR seharusnya mengawal kinerja pemerintah agar Freeport membangun smelter di Papua, bukan bekerja meminta jatah saham atau menarik untung berbisnis bersama Freeport.

Pembangunan smelter di Papua dapat meningkatkan efek pengganda (multiplier effect) bagi pembangunan dan mengurai kesenjangan pembangunan di Papua. Pembangunan smelter di Papua penting untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa, termasuk Papua.

Nasionalisasi Freeport memang tak mudah karena pemerintah harus berhadapan dengan multi-kepentingan, baik negara asal Freeport, Amerika Serikat, maupun pengusaha lokal yang mengais untung dari Freeport. Maka, butuh pemimpin tegas dan kuat untuk mengembalikan kedaulatan tambang kita di Grasberg ke pangkuan konstitusi UUD 1945.

Pemimpin tegas tak loyo berhadapan dengan kekuatan asing dan oligarki politik lokal.

Demi mengembalikan martabat konstitusi UUD 1945, Presiden perlu mengambil keputusan tegas agar tak memperpanjang kontrak karya Freeport setelah tahun 2021, jika perusahaan itu tak mau membangun smelter pengolahan tembaga di Papua, mendivestasikan saham ke pihak nasional, menciutkan luas lahan, dan menaikkan penerimaan negara, sesuai dengan isi poin renegosiasi kontrak.

Akhirnya, Presiden harus diingatkan bahwa tambang di mana saja akan habis cadangannya jika dieksploitasi besar-besaran. Penurunan deposit tambang, seperti tembaga menunjukkan bahwa sektorpertambangan selalu ada titik puncak berhenti berproduksi.

Investor hanya menginvestasikan modalnya pada saat lokasi pertambangan masih memiliki potensi tinggi. Setelahnya, mereka akan melepaskan areal pertambangan dan meninggalkan kerak-kerak tambang tanpa adanya reklamasi pasca tambang.

Ferdy Hasiman, Peneliti pada Indonesia Today, Jakarta

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Freeport dan Bisnis Orang Kuat".

 
 

Category: 

Novanto Tak Bisa Dipercaya, Sudirman Said Bagian dari Mafia. Sama-sama Bocor!

$
0
0

KONFRONTASI-Mantan Anggota DPR/MPR, Ichsanuddin Noorsy menyatakan Ketua DPR RI, Setya Novanto memang tidak bisa dipercaya.

Hal tersebut dikemukakannya dalam acara bertajuk "Siapa yang Bohong SS atau SN Membongkar Rahasia Terdalam Freeport" di Restoran Dua Nyonya, Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat, Minggu (22/11/2015),

Ekonom asal Jakarta itu juga mengungkapkan bahwa, hanya Setya Novanto yang masih lolos dari jerat hukum atas kasus Bank Bali beberapa tahun lalu.

"Setya Novanto memang ngga bisa dipercaya buat saya, jadi kalau anda bertanya siapa yang dusta, Setya Novanto tidak bisa dipercaya memang," ucap Ichsanuddin Noorsy dengan nada tinggi.

"Yang belum masuk penjara dalam kasus Bank Bali kan cuman Setya Novanto," tambahnya.

Dalam diskusi yang disaksikan oleh puluhan awak media itu, Mantan Staf Khusus Jaksa Agung itu juga menuturkan bahwa Menteri ESDM, Sudirman Said berlatar belakang mafia.

"Sudirman Said yang memang latar-belakangnya sudah kita tahu bagian dari mafia," katanya.

Pernyataannya tersebut dimaksudkan untuk menanggapi polemik yang terjadi antara Menteri ESDM,

Sudirman Said yang menuding bahwa Ketua DPR RI, Setya Novanto mencatut nama Presiden dan Wakil Peresiden dalam bernegosiasi dengan PT. Freeport.

Namun, polemik negosiasi PT. Freeport berakhir untuk sementara waktu atas pernyataan Menteri Koordinator Politik,

Hukum, dan HAM (Menkopolhukam), Luhut B. Panjaitan, yang menyatakan bahwa, tak ada negosiasi dengan PT Freeport hingga 2019 mendatang.[mr/trbn]

Category: 

Indonesia Jadi Target Serangan ISIS?

$
0
0

KONFRONTASI-Kelompok hacker Anynymous menyebut beberapa negara akan menjadi target serangan ISIS pasca-serangan di Paris, dan Indonesia masuk dalam daftar. Pengamat meragukan klaim tersebut, meski polisi tetap waspada.

Acara komunitas One Day One Juz yang berlangsung pada Minggu (22/11) di Karawang disebut menjadi target serangan ISIS berikutnya setelah Paris. Tetapi jam 12 siang, saat acara yang dihadiri oleh 100 orang tersebut selesai, serangan tak terjadi.

Adityo, dari Divisi Promosi dan Humas Komunitas One Day One Juz, mengatakan, "Awalnya begitu kita tahu dari hacker tersebut, langsung kita koordinasi dengan Badan Intelkam Mabes Polri, kita diarahkan ke polisi di Karawang, kurang lebih satu peleton kepolisian (pengamanannya). Acara tersebut aman sampai akhir, nggak ada kejadian apa-apa seperti yang diancamkan tersebut," katanya.

Terlepas dari ancaman tersebut, pengamat terorisme Taufik Andrie mengatakan, dia belum melihat adanya alasan kuat Indonesia menjadi target serangan ISIS berikutnya setelah Paris.

Secara statistik, menurutnya, kemungkinannya kecil ketimbang negara-negara Eropa yang sedang terjadi lalu lintas pengungsi. Di Indonesia, sejauh ini, Taufik belum melihat adanya 'aktor' pejuang Indonesia yang sudah pulang dari Suriah.

Mereka yang sudah pulang, menurutnya, "lagi tiarap, lay low, tidak melakukan gerakan karena aparat hukum di Indonesia cukup waspada terhadap kemungkinan kembalinya Indonesian fighter."

Fokus mereka yang kembali, kata Taufik, bukan untuk merencanakan serangan tapi lebih dialihkan ke berdakwah, proses pengumpulan dana, rekrutmen, serta pengiriman personel ke Suriah.

Meski eksponen Indonesia di Suriah, Salim Mubarok Attamimi atau Abu Jandal "sudah dua, tiga kali" membuat video yang bernada mengancam pemerintah Indonesia, termasuk membebaskan tahanan di Nusa Kambangan, namun karena sampai sekarang itu belum terjadi, maka menurut Taufik, "di tengah kemungkinan serangan, potensi itu ada, tapi dalam implementasinya, saya meragukan. Dalam kacamata threat, belum kelihatan aktornya."

Di masa lalu, kata Taufik, selalu ada fatwa-fatwa petinggi ISIS untuk menyerang musuh-musuh ISIS di manapun berada, namun belum ada catatan kelompok ISIS melakukan serangan di Indonesia dalam 3 tahun terakhir.

Menurut Taufik, di Indonesia, kelompok-kelompok yang pro-ISIS sebagian besar didominasi oleh orang-orang yang masih berada dalam penjara. Sedangkan sebagian besar yang pro-ISIS namun berada di luar penjara, lebih memilih untuk pergi ke Suriah.

Klandestin

Taufik melihat ada perubahan pola rekrutmen terhadap simpatisan ISIS. Menurutnya, pendukung ISIS di Indonesia masih dalam fase bergerak secara klandestin.

Di tingkat rekrutmen, pada 2013 lalu, mereka lebih aktif di tempat publik, melakukan tabligh akbar, bedah buku, diskusi publik, dan dakwah terbuka, sehingga banyak simpatisan, banyak sumbangan dana, banyak yang tertarik, baik sebagai aktivis kemanusiaan atau fighter.

Tapi tahun-tahun ini, ketika mulai aktif penangkapan oleh aparat hukum, Taufik melihat simpatisan ini lebih banyak bekerja di bawah tanah, baik dari sisi pengumpulan dana maupun pengiriman personel.

"Mereka lebih berhati-hati, lebih ingin bertempur secara langsung di medan jihad yang menurut mereka legitimate, yaitu, Suriah. Indonesia bukan medan jihad yang pas, tepat. Fokus dan concern lebih pada sebanyak mungkin mengirim ke Suriah," ujar Taufik.

Waspada

Juru bicara Mabes Polri Anton Charliyan mengatakan bahwa polisi kini mengawasi antara 46-49 orang warga negara Indonesia yang sudah kembali dari Suriah.

Ketika ditanya, apakah polisi sudah meminta keterangan mereka, Anton menjawab, "Ada beberapa orang (yang) dimintai keterangan, tapi kalau tidak berbuat? Belum tentu mereka yang dari sana juga berbuat, tapi ada pengawasan khusus yang tidak bisa kita sebutkan di sini."

Anton juga tak menyebut berapa personel yang diturunkan polisi untuk mengawasi mereka. Dia mengatakan, "Di setiap tempat kan ada jaringan-jaringan daripada Densus kita, ada juga Resmob untuk mengawasi mereka, baik secara fisik maupun elektronik. (Secara fisik) pergerakan mereka kita pantau terus. (Secara) elektronik, komunikasi lain-lain kalau bisa kita pantau, karena mereka sekarang sudah pandai, jarang menggunakan komunikasi (elektronik), tapi ada juga yang menggunakan. Kita lihat sekarang mereka bekerja di mana, suka berkumpul di mana, kan ada perkumpulan-perkumpulan khususnya."

Dalam pantauan polisi, sementara ini, kebanyakan mereka yang kembali mengajak WNI untuk berjuang di Suriah. Selain itu, ada kelompok khusus yang bergabung dengan jaringan Santoso di Poso.

Menurut Anton, "Pusatnya yang kita pantau sekarang ini yang di Poso."

Polisi, kata Anton, kini melakukan peningkatan pengamanan di kedutaan besar, konsuler, rumah makan, dan hotel yang terkait dengan negara-negara yang terlibat perang di Suriah.[mr/bbc]

Category: 

Tidak Etis KMP Bela Setya Novanto

$
0
0

KONFRONTASI-Sikap Koalisi Merah Putih (KMP) yang terkesan membela Setya Novanto dalam kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla terkait perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia (PT FI) dinilai bertentangan dengan kehendak rakyat.

Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menekankan elit politik lebih mementingkan kepentingannya ketimbang kepentingan masyarakat. Meski bukan dari partai yang sama, elite politik cenderung bersatu demi kepentingan kelompok.

"Tentunya akan bertentangan dengan rakyat," kata Ikrar dilansir Media Indonesia, Sabtu (21/11/2015).

Ikrar menilai tindakan tersebut wajar. Sejak merdeka hingga saat ini, hubungan antarelite politik dengan masyarakat tak begitu harmonis. Ini pula yang membuat elite politik tak peduli apakah yang mereka lakukan bertentangan atau tidak dengan keinginan masyarakat.

"Mereka selalu merasa elite lebih tahu apa kepentingan rakyat," terangnya.

Ikrar menegaskan, pernyataan dukungan KMP terhadap kasus Novanto mencerminkan partai-partai di KMP, selain mendukung perbuatan tidak etis juga melakukan tindakan melanggar hukum.

"Mendukung Setya Novanto berarti membenarkan suatu tindakan yang tidak hanya bertentangan dengan etika politik tapi juga melanggar hukum. Masa warga negara menggunakan nama presiden untuk mendapatkan keuntungan pribadi dibolehkan dan dibiarkan saja," ujar dia.[mr/mtv]

Category: 

Rizal Ramli Tanda Tangani Berdirinya CPOPC Bersama Malaysia

$
0
0

KONFRONTASI - Indonesia dan Malaysia resmi mendirikan Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) yang sebelumnya telah diinisiasi keduanya.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (22/11), lembaga tersebut resmi didirikan melalui penandatanganan Piagam Pendirian CPOPC oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya RI, Rizal Ramli dan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Amar Douglas Uggah Embas di Kuala Lumpur, Sabtu (21/11).

Penandatangan Piagam Pendirian CPOPC disaksikan Presiden RI Joko Widodo, dan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Mohd Najib bin Tun Abdul Razak.

“Hari ini kami melahirkan organisasi internasional yang bertujuan meningkatkan daya saing di industri strategis ini, sekaligus untuk meningkatkan praktik kelestarian alam, dan yang paling penting, untuk benar-benar mengangkat kesejahteraan petani sawit kecil,” kata Rizal.

The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) didirikan untuk mendorong, mengembangkan dan meningkatkan kerja sama industri minyak sawit di antara negara-negara anggotanya.

Kerja sama ini diperlukan guna memastikan industri minyak sawit berkontribusi terhadap pengembangan perekonomian dan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Ia berharap CPOPC mampu mendorong komunikasi dalam pengembangan industri minyak sawit di antara para pemangku kepentingan di negara-negara pembudidaya kelapa sawit; meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit skala kecil; serta membangun dan membentuk kerangka prinsip-prinsip industri minyak sawit yang berkelanjutan.

Lembaga itu juga diharapkan mampu mendorong kerja sama dan investasi dalam membangun zona industri kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, termasuk zona ekonomi hijau; memberi perhatian terhadap hambatan-hambatan perdagangan minyak sawit; dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dan fungsi-fungsi lainnya yang dibutuhkan untuk kepentingan industri minyak sawit.

“Hanya dengan menyeimbangkan dan mengharmonisasikan tujuan inilah kita dapat memaksimalkan potensi industri ini untuk manfaat yang lebih besar bagi masyarakat,” lanjut Rizal.

Dengan CPOPC, kata dia, jutaan petani dan pihak yang bergantung pada industri tersebut akan bisa terbantu. Perinciannya, yakni sekitar 4.000.000 rumah tangga di Indonesia dan 500.000 rumah tangga di Malaysia yang bergantung pada industri tersebut.

“Saya sangat senang dengan didirikannya CPOPC meski ini baru permulaan. Karena PM Najib dan Presiden Jokowi bertekad agar kesejahteraan petani sawit kecil, tidak akan lagi terabaikan,” ujarnya.

Keanggotaan CPOPC akan dibuka untuk seluruh negara-negara pembudidaya kelapa sawit lainnya, seperti Brasil, Colombia, Thailand, Ghana, Liberia, Nigeria, Papua Nugini, Filipina, dan Uganda.

Dalam rangka mendukung operasional awal lembaga tersebut, Indonesia dan Malaysia masing-masing akan berkontribusi 5.000.000 dolar AS. Adapun sekretariat CPOPC akan berada di Jakarta, Indonesia.

Selain mendirikan lembaga yang menaungi negara-negara penghasil sawit, kedua menteri juga mendeklarasikan “Proposed Global Framework of Principles for Sustainable Palm Oil” yang diberi nama “e+POP”.

Sembilan prinsip dalam “e+POP” disusun dengan memperhatikan hukum dan ketentuan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan sebagai tolok ukur terhadap standar-standar internasional lainnya.

Prinsip-prinsip tersebut akan dikembangkan lebih lanjut. Konsultasi juga akan dilakukan dengan para pemangku kepentingan.

“CPOPC adalah bagian dari upaya jangka panjang untuk mengurangi risiko kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan, asap, dan deforestasi. Kami memimpin dan berkomitmen untuk mencari solusi dari masalah lingkungan ini. Saya yakin CPOPC akan menjadi pengubah dalam industri minyak kelapa sawit dalam berbagai hal,” kata Rizal.  (Juft/Aktual)

Category: 

Divestasi Saham Freeport dan Empat Pemikiran Jokowi soal Freeport

$
0
0

KONFRONTASI- Kontrak tambang PT Freeport Indonesia di Papua akan habis pada 2019. Perusahaan tersebut sedang menunggu kepastian agar kontraknya diperpanjang hingga 2041. Bagaimana sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi)?

Sekretaris Kabinet, Pramono Anung mengatakan ada 4 hal yang menjadi dasar pemikiran Presiden Jokowi terkait dengan kontrak Freeport.

"Pertama divestasi untuk kepentingan bangsa tidak ada untuk kepentingan siapapun adalah untuk kepentingan bangsa, royalti, pembangunan smelter, dan pembangunan untuk masyarakat Papua," ujar Pramono di Istana Bogor, Senin (23/11/2015).

Menurut Pramono, empat hal tersebut digunakan Jokowi untuk menyelesaikan persoalan berkaitan dengan Freeport.

Sementara soal perpanjangan kontrak Freeport yang akan habis 2021, Pramono mengatakan, kepastian perpanjangan akan dilakukan paling cepat 2019, atau 2 tahun sebelum kontrak habis sesuai dengan aturan yang berlaku.

"Artinya habis 2021, maka 2019 (keputusan perpanjangan paling cepat diputuskan). Itu arahan presiden sampai hari ini. Itu yang akan digunakan sebagai ukuran atau cara penyelesaiannya," jelas Pramono.

SOAL DIVESTASI SAHAM

Perdebatan soal mekanisme divestasi saham PT Freeport terus bergulir. Pihak pemerintah menginginkan Freeport melepas saham dan mengajukan penawaran harga terlebih dahulu ke pemerintah.

Sebaliknya Freeport ingin melepas saham melalui pasar modal. Tanggapan pun datang dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Ketua Komisi VII DPR RI, Kardaya Warnika menegaskan bahwa rencana Freeport‎ melepas saham melalui pasar modal alias Initial Public Offering (IPO) tidak ada aturan hukumnya.

"Kalau dilakukan secara IPO, itu tidak ada mekanisme hukumnya, sehingga menurut kami lebih baik jangan dilaksanakan yang tidak ada ketentuan hukumnya," ujar Kardaya di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (23/11/2015).

Menurut Kardaya, sudah seharusnya Freeport mengikuti mekanisme hukum yang ada yakni saham yang dilepaskan harus ditawarkan langsung ke Pemerintah.

"Jadi divestasi itu ada ketentuannya dalam undang-undang, ketentuannya di dalam kontrak. Divestasinya sudah diatur mekanismenya, yaitu ditawarkan dulu kepada pemerintah, pemerintah bisa menawarkan lagi kalau nggak mau ngambil ditawarkan ke BUMN, BUMD. Sudah ada mekanismenya," papar Kardaya.(K)

Category: 

Ribut Freeport dan Indonesia yang Tidak Berduit

$
0
0

KONFRONTASI-Sengkarut laporan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said terhadap Ketua DPR Setya Novanto yang diduga melakukan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakilnya Jusuf Kalla harus dijadikan momen pemerintah membenahi kabinetnya.

Laporan yang dilakukan Sudirman terkait dugaan pencatutan nama Jokowi dan JK dinilai hanya membuat gaduh. Dengan itu, Jokowi selaku kepala negara harus segera mengambil tindakan yang tepat.

"Kegaduhan Freeport dan Pelindo II dapat dijadikan momentum bagi Presiden Jokowi untuk menyingkirkan menteri yang dapat merusak negara. Monggo dibersihkan dengan adanya momentum tersebut," kata Anggota Komisi III DPR, Masinton Pasaribu, Jakarta, Minggu (22/11/2015).

Dia menduga, kegaduhan itu sengaja dibuat untuk memecah belah bangsa. Dan masalah Freeport dinilai suatu tindakan kolonialisme dijaman modern yang seharusnya dihadapi bersama. Dimana Freeport saat ini mengulang peristiwa masa lalu, dengan melakukan adu domba pejabat yang ada di Indonesia.

"Sejarah Freeport ini tak luput dari sistem kolonialisme gaya baru. Dan saat ini, Freeport mengulangi gaya kolonialisme yang secara kasat mata di jaman era modern," ujar Masinton.

Menurutnya, seharusnya negara Indonesia kaya akan sumber daya alam ini mendapat lebih banyak hasil pendapatan dibanding Freeport yang selalu mengeruk kekayaan alam selama 48 tahun.

"Kita harus tegas terhadap Freeport terkait kontrak karya, karena sebenarnya ini adalah kolonialisme yang tersisa di negara kita hingga saat ini," jelas dia.

Dalam kesempatan yang sama, Pengamat politik dari Global Future Institute, Hendrajit juga menilai bahwa permasalahan Freeport serupa dengan masa penjajahan VOC. Dia menyebut Freeprot adalah gaya baru dengan melakukan parasit tersamar.

"Freeport merupakan wujud VOC gaya baru dan sedang melakukan mapping kekuatan di Indonesia. Elit politik bukannya menjadi nasionalis yang ingin bisa menangkis serangkaian asimetris, namun justru berebut menjadi komprador," ujar Hendrajit.

Menurutnya, penjajahan jaman sekarang tidak hanya menggunakan militer, namun bisa dari sektor energi maupun pangan.

"Anda menguasai energi, anda menguasai negara. Apabila anda menguasai pangan, anda menguasai kehidupan rakyat, doktrin ini masih berlaku sampai hari ini," jelasnya.

PT Freeport Indonesia sendiri mengaku siap mengikuti berbagai keperluan proses yang berkaitan dengan kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto.

Dalam transkipan pertemuan yang mengemuka, Setya Novanto terlibat pembicaraan dengan pimpinan Freeport Indonesia Maroef Syamsuddin. Transkipan pembicaraan itu juga melibatkan pejabat tinggi negara, hingga pengusaha kelas kakap bidang minyak dan gas bumi (migas).

Juru Bicara Freeport Indonesia, Riza Pratama menuturkan, perusahaan menyerahkan sepenuhnya proses yang kini berjalan oleh kewenangan teknis. Sejauh ini, kasus tersebut masih menjadi pembahasan di tingkat Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat (MKD).

"Kita ngikutin pemerintah saja. Itu kan prosesnya masih di pihak yang berwenang. Kita ikutin prosesnya saja," kata Riza di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (23/11/2015).

Saat dikonfirmasi kesiapan perusahaan jika nantinya dipanggil oleh MKD, Riza menjawab diplomatis. Ia bilang, perusahaan akan menjalankan berbagai tindakan sesuai dengan aturan.

"Kita ikutin aturan saja. Kita ikut yang berwenang," katanya

Keinginan Pemerintah membeli 10,64% saham PT Freeport Indonesia (Freeport)sebagai implementasi kewajiban divestasi diragukan. Pasalnya, negara tak punya dana yang cukup.

"Kalau mau dimiliki pemerintah (saham Freeport), darimana duitnya. Itu yang jadi soal. Kau (Indonesia) punya teknologi enggak? Punya duit enggak?" tegas Anwar Nasution, gurubesar FEUI  kepada INILAHCOM usai menjadi nara sumber dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (21/11/2015).

Anwar menilai, Indonesia seharusnya bersyukur karena kekayaan alam di tanak Papua dikelola oleh perusahaan sebesar Freeport. Dalam hal ini, Freeport telah menyokong keuangan negara dengan membayar pajak dan royalti.

"Bukannya saya mendukung Freeport, tapi saya pikir negaramu belum mampu beli. Itu kayak menggarong namanya. Diakan (Freeport) sudah bayar pajak, sudah melakukan alih teknologi. Sekarang ada enggak kau (Indonesia) punya kemampuan? Kalau kita tidak punya kemampuan, perpanjanglah dia (Freeport). Kau dapat apa dari situ, pajak," tegas Anwar.

Category: 

Ahok Minta maaf ke BPK: Anak Buahnya Nakal

$
0
0

KONFRONTASI-Setelah sembilan jam diperiksa, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta maaf kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.

Ia minta maaf karena telah marah akibat tidak diizinkan untuk merekam pemeriksaan dirinya.

"Hasil pemeriksaan ini merupakan rahasia negara dan belum boleh dibuka sebelum penyidikan. Tadi ada sedikit insiden humas (tidak boleh merekam pemeriksaan) karena ini dokumen negara. Kami mohon maaf atas kejadian tadi. Saya dipenuhi suudzan (berburuk sangka) kepada semua auditor," kata Basuki seusai diperiksa BPK, di Gedung BPK RI, Senin (23/11/2015).

Kepada Juru Bicara BPK Yudi Ramdan, Basuki kemudian mengeluhkan tindakan Kepala BPK DKI Efdinal terhadapnya. Pasalnya, dia melanjutkan, audit yang dilakukan BPK DKI atas pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras bersifat tendensius.

"Jadi, tadi ada kesalahpahaman juga, dan auditor-auditor ini tidak ada hubungannya dengan BPK DKI. Ini BPK pusat, auditor profesional," kata Basuki. 

"Saya sampaikan kepada auditor, mohon maaf datang-datang, saya suudzan duluan sama auditor. Dengan ini, BPK lapor kerugian negara untuk serahkan audit investigasi kepada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dan KPK yang putuskan untuk memanggil siapa saja yang menjadi saksi atau tersangka," kata Basuki lagi.

Basuki diperiksa mulai pukul 09.00 hingga pukul 18.15. Saat tiba di BPK, Basuki sempat menegur auditor karena tidak diizinkan merekam pemeriksaan.

Adapun kasus pembelian lahan RS Sumber Waras bermula setelah BPK menemukan wanprestasi. Pemprov DKI membayar lahan sebesar Rp 755 miliar. BPK menemukan adanya indikasi kerugian daerah sebesar Rp 191 miliar.

Hal tersebut kali pertama diungkap dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI tahun 2014.

Peneliti dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Febri Hendry, mendukung pemanggilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI terhadap Gubernur DKI Jakarta DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Pemanggilan itu terkait kasus pembelian sebagian lahan Rumah Sakit Sumber Waras pada APBD Perubahan 2014. 

"Kami dukung pemanggilan BPK tersebut. Kami juga berharap agar Ahok (panggilan Basuki) juga terbuka dan mengungkap fakta terang benderang terkait pemeriksaan ini," kata Febri saat dihubungi wartawan, Senin (23/11/2015). 

Bahkan, Febri mengklaim pemenuhan pemanggilan tersebut merupakan salah satu bentuk transparansi pemerintahan.

Semua rapat yang telah direkam melalui kamera Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI juga bisa menjadi bukti untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Video itu, kata Febri, dapat mengungkapkan secara jelas mengapa akhirnya Pemprov DKI membeli lahan RS Sumber Waras. 

Selain itu, ia berharap Ketua BPK perwakilan Provinsi DKI, Efdinal, tidak mencampuradukkan pemeriksaan dengan kepentingan pribadi jika ikut memeriksa Basuki pada Senin ini.

ANAK BUAH NAKAL

Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi berpendapat pemborosan anggaran yang dilakukan jajaran SKPD merupakan bukti banyaknya oknum eksekutif yang masih bermain anggaran.

Menurut dia, ini menunjukkan bahwa bukan anggota DPRD yang bermain dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI.

"Sekarang Ahok tahu kan kalau anak buahnya yang nakal. Setelah dicek lagi ternyata banyak pemborosan uang rakyat," ujar Prasetio di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Senin (23/11/2015).

Prasetio mengacu kepada anggaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang dipotong dalam jumlah besar oleh Ahok (sapaan Basuki).

Prasetio mengatakan, selama ini, DPRD DKI telah transparan dalam membahas anggaran.

Menurut dia, Ahok dan DPRD memiliki konitmen yang sama untuk menciptakan anggaran yang efisien dan tepat sasaran. Dia tidak ingin Ahok dan DPRD kembali ribut atas ulah oknum PNS DKI.

"Kalau DPRD kan kerjanya sudah terang benderang. Jangan sampe Gubernur dan DPRD ribut karena birokratnya," ujar dia.

Prasetio mengatakan, dia pernah menyaksikan langsung pemborosan anggaran yang dilakukan eksekutif. Sebab, beberapa kali dia pernah diundang untuk menghadiri rapim Pemprov DKI.

Dia pun memperhatikan materi yang sedang dibahas Ahok dan SKPD serta melihat poin pemborosannya.

Ahok memang turun tangan dan mulai mengevaluasi anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Dalam beberapa hari terakhir, Ahok menggelar rapat internal untuk menyisir anggaran SKPD dalam KUA-PPAS 2016.

Kemarin, giliran Dinas Pemadam Kebakaran dan Dinas Kesehatan yang dievaluasi. Sebelumnya, Ahok mengevaluasi pengalokasian anggaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta serta Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Ahok pun memangkas anggaran yang dialokasikan dua dinas tersebut. (KCM)

Category: 

Maya Rumantir dan Glenny Kairupan Diprediksi Menang di Pilgub Sulut

$
0
0

KONFRONTASI- Pasangan Maya Rumantir dan Glenny Kairupan yang diusung Partai Gerindra dan Partai Demokrat menurut DR Ferry Liando memiliki kelebihan pada figur Maya Rumantir sebagai peraih suara terbanyak pada Pemilu 2014 untuk DPD RI. Rakyat Sulut  diprediksi bakal memenangkan Maya-Glenny yang bersih, cerdas dan sangat perduli pada rakyat menengah ke bawah.

“Maya Rumantir juga tergolong bersih dan tanpa cacat dalam berpolitik, kemudian dikagumi kaum ibu yang merupakan pemilih terbesar”, tutur Liando.

Namun pasangan Rumantir-Kairupan menurut Liando diperhadapkan pada tantangan suara pemilih Katolik bisa terpecah dan terbagi dengan calon gubernur Elly Lasut yang juga beragama Katolik.

Pilkada Sulut Maya dan Glenny

“Partai Demokrat sebagai partai pengusung juga mempengaruhi elektabilitas pasangan ini. Memang kondisi Partai Demokrat saat ini sedang tidak solid di Sulut”, tukas Liando, Namun demikian, di Jakarta, para analis melihat prospek Maya-Glenny sangat besar untuk menang, jika tak terjegal politik uang yang dikhawatirkan marak di Sulut.

Ditempat yang berbeda, waktu ditanyakan, Ruhut Sitompul, anggota DPR RI Periode 2014-2019, dan Fungsinoris DPP Demokrat mengutarakan “Euforia pilkada kali ini bisa dibilang fenomenal sebab, tidak hanya di nasional, didaerah pun ramai dibicarakan. Dan saya lihat masing-masing calon memiliki peluang untuk menang, tetapi, jika melihat dari aspek integritas, dan elektabilitasnya. Ibu Maya sangat berpeluang menang, karena beliau satu-satunya perempuan yang maju, dan merupakan tokoh yang bersih, dan diterima oleh semua elemen masyarakat disana.  Serta,  figur pak SBY yang cenderung bagus disulut, tentu ini berdampak positif,” ungkapnya.

 

“Dan pada pilkada ini, Partai Demokrat serius mendukung dan fokus untuk memenangkan Calon Gubernur Maya Rumantir, dengan merebut dan memenangkan hati rakyat Sulut, hal itu sudah kami buktikan waktu mendukung Sinyo Sarundayang Gubernur Sulut yang sekarang,” jelasnya.

 

Sementara itu, Maya Rumantir yang berpasangan dengan Glenny kairupan sebagai Cagub-Cawagub, mengatakan “pesta demokrasi ini bukan sekedar melahirkan proses peralihan kepimpinan semata, tetapi, bagaimana rakyat bisa memilih pemimpin yang benar dan berkarakter melayani rakyat, dan bekerja sepenuih hati untuk membangun Sulut lebih baik.  Sehingga, ada manfaat yang dirasakan rakyat dalam kehidupannya, hanya marilah kita berkompetisi dengan baik, dan tetap mengutamakan kerukunan selalu terjaga di Sulut ini,” pungkasnya.

MANTAN KORUPTOR

Tiga mantan narapidana kasus korupsi di Sulawesi Utara, anehnya, juga yakin bakal menang pada pilkada 9 Desember 2015 nanti. Adalah Jimmy Rimba Rogi yang diusung Partai Golkar, PAN dan PPP, sebagai calon Wali Kota Manado.

Kemudian calon Gubernur Sulut, Elly Engelbert Lasut (Golkar, PKS, Hanura dan PKPI) dan Vonny Anneke Panambunan (PKB dan PKPI) sebagai calon Bupati Minahasa Utara (Minut).

Ketiganya yang diwawancarai usai pemeriksaan kesehatan di RSU Prof Kandou Manado, Kamis 30 Juli 2015, mengaku sangat optimistis meraih kemenangan.

"Saya optimistis 100 persen akan meraih kemenangan pada Pilkada Gubernur Sulut nanti. Dan saya masih banyak pendukung militan," ujar Elly Lasut yang berpasangan dengan David Bobiboe.

Bahkan Elly sangat yakin mampu bersaing dengan duet cagub-cawagub dari PDIP, Olly Dondokambey-Steven Kandouw maupun jagoan Partai Demokrat-Gerindra, Maya Rumantir-Glenny Kairupan (Demokrat-Gerindra). "Kita tunggu saja pada 9 Desember nanti," katanya sembari tersenyum.

Elly merupakan mantan Bupati Talaud. Pada tahun 2011 divonis 7 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Manado, karena bersalah dalam kasus korupsi Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) fiktif 2006-2008, dan sempat ditahan LP Sukamiskin, Jawa Barat.

Semasa menjadi bupati, Elly juga menjabat Ketua Partai Golkar Talaud. Saat Golkar pecah menjadi dua kubu, dia menjabat Plt Ketua Golkar versi Agung Laksono.

Sementara Vonny Anneke Panambunan juga yakin meraih kemenangan pada Pilkada Minut. Mantan Bupati Minut itu berpasangan dengan Joppi Lengkong menjadi pesaing serius bupati incumbent, Sompie Sinyal yang berpasangan dengan Peggy Mekel.

"Saya optimistis menang. Makanya, kita semua berdoa, supaya saya menang," ujarnya.

Pada 2008 lalu, Vonny pernah tersandung kasus korupsi proyek studi kelayakan pembangunan Bandara Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Ia divonis 18 bulan kurungan. Dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Vonny tidak melakukan banding.

Mantan Noni Sulawesi Utara itu juga diwajibkan membayar denda Rp100 juta atau menggantinya dengan kurungan selama enam bulan. Majelis hakim juga mewajibkan membayar denda Rp4,006 miliar.

Vonny dianggap telah memperkaya diri sendiri di bawah bendera PT Mahakam Diastar Internasional (MDI). Selaku Direktur PT MDI, Vonny dinilai tahu  perusahaan itu tidak mempunyai pengalaman FS. Kemudian Vonny mengalihkan ke PT Encona Engineering. Langkah itu bertentangan dengan pengadaan barang dan jasa.

Sementara Jimmy Rimba Rogi tak banyak berkomentar terkait dirinya sebagai mantan napi. Meski begitu, saat pendaftaran lalu di KPU Manado sebagai calon walikota dari Partai Golkar, PAN dan PPP berpasangan dengan Boby Daud dia meyakini mampu meraih suara terbanyak.

"Pendukung saya masih cukup loyal. Lihat saja saat pendaftaran lalu, cukup banyak massa yang mengantar saya dan Boby Daud," katanya.

Jimmy yang juga mantan Wali Kota Manado sempat divonis lima tahun penjara karena melakukan penyelewengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Manado sepanjang tahun 2006-2007. Akibat perbuatannya negara dirugikan Rp 68,837 miliar.

Ketua KPU Sulut, Yessy Momongan mengatakan sah-sah saja mantan napi mendaftar di pilkada. "Karena putusan MK memperbolehkan mantan napi menjadi calon kepala daerah. Jadi tidak ada masalah, aturan yang memperbolehkan," ia menambahkan (K)

Category: 

Membandingkan Rekaman Setya Novanto dengan Video Porno Ariel

$
0
0

KONFRONTASI-Ada persoalan serius di balik kasus dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla oleh Ketua DPR Setya Novanto. Pakar hukum dari Universitas Parahyangan Bandung, Asep Warlan Yusuf, menyoroti soal rekaman pembicaraan yang menjadi bukti bagi Menteri ESDM Sudirman Said saat melaporkan Setya ke Mahkamah Kehormatan DPR (MKD).

Asep mengatakan, perekaman tanpa sepengetahuan yang bersangkutan dan kemudian disebarkanluaskan tanpa izin berarti merupakan tindakan melanggar hukum. Terlepas dari benar atau tidaknya isi rekaman pembicaraan, Asep menyebut ada persoalan serius karena ada pihak yang tak berwenang namun menyadap pembicaraan dan menyerahkannya ke pihak lain.

“Yang namanya merekam apalagi sampai menyebarkan ini harus seizin yang bersangkutan. Kalau pengusaha saja bisa menjebak seorang pimpinan lembaga tinggi negara seperti ini, bisa dibayangangkan tidak jika penguasa melakukan hal seperti ini pada rakyatnya,” katanya sebagaimana dikutip JPNN, Sabtu (21/11).

Pernyataan Asep itu merujuk pada rekaman pembicaraan beserta transkripnya yang disetorkan Sudirman ke MKD. Dalam rekaman itu disebut-sebut ada suara Setya Novanto, pengusaha M Riza Chalid, serta Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsoeddin.

Dari pengakuan Sudirman, rekaman itu diperoleh dari Maroef saat bertemu dengan Setnov -sapaan Setya- dan Riza. Pertemuannya digelar di sebuah hotel di kawasan SCBD, Jakarta Selatan pada Juni lalu.

Lebih lanjut Asep mengatakan, Setnov bisa menuntut balik karena pembicaraannya direkam dan disebarluaskan. Sebab, penyadapan dan perekaman tanpa menghiraukan aturan berarti sama saja melanggar hukum. “Penegakan hukum tidak bisa dilakukan dengan melanggar hukum,” imbuhnya.

Karenanya Asep juga mencermati pernyataan Menkopolhukam Luhut Panjaitan yang menyebut langkah Sudirman melapor ke MKD tanpa seizin Presiden Jokowi. Menurut Asep, pernyataan Luhut itu justru menunjukkan pemerintah khawatir bakal digugat balik karena ada yang salah dalam proses pengumpulan bukti untuk melaporkan Setnov.

“Jika bukti didapatkan tidak melalui proses hukum yang benar, maka pengadilan pun bisa menolak dan membatalkan bukti yang diajukan. Bahkan  bukan tidak mungkin pihak yang digugat bisa menuntut balik,” lanjut Asep.

Guru besar ilmu hukum tata negara itu lantas membandingkan rekaman pembicaraan soal dugaan pencatutan itu dengan kasus video mesum Nazril Irham alias Ariel. Dalam kasus Ariel, kata Asep, hanya vokalis Noah itu saja yang dihukum karena merekam adegan mesum dengan 2 perempuan secara terpisah.

Sedangkan dua wanita yang muncul dalam video porno Ariel justru tak tersentuh hukum. “Masalah bahwa para wanita tersebut melanggar hukum agama atau hukum pernikahan kan tidak diadili. Kalau pidananya adalah asusila, maka semua wanita yang terlibat juga harus kena saat itu,” kata Asep.

Dari perbandingan itu, Asep melihat ada kekhawatiran pemerintah bahwa Setnov justru tak terjerat proses hukum. “Ini tampaknya yang dikhawatirkan oleh si pelapor, merekam dan menyebarkan tanpa izin,” ulasnya.[mr/jpnn]

Category: 

KPK Harus Segera Garap Setya Novanto

$
0
0

KONFRONTASI-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus turun tangan menangani kasus Ketua DPR RI, Setya Novanto. Menurut Pakar Hukum Pidana, Yenti Ganarsih, adanya bukti rekaman percakapan yang diduga dilakukan Ketua DPR dengan Pimpinan PT Freeport Indonesia dan salah satu pengusaha dapat dijadikan pijakan awal penyidikan.

Meskipun, legalitas rekaman itu masih dipertanyakan, namun, substansinya memang ada pertemuan antara ketiga pihak yang ada di rekaman suara. “KPK atau Polisi harus turun tangan dalam arti penyelidikan karena dia sudah dapat dalam poin yang disebutkan di pasal 106 (KUHAP),” kata Yenti di kompleks parlemen Senayan, Senin (23/11).

Anggota Panitia Seleksi (Pansel) calon pimpinan KPK ini menambahkan, harusnya sejak kasus ini pertama kali muncul, KPK sudah harus jalan. Dilihat dari substansi rekaman yang digunakan oleh Menteri ESDM, Sudirman Said untuk melaporkan Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), KPK atau polisi dapat menindaklanjuti penyelidikan tanpa proses aduan.

Hal itu sudah tegas ada di pasal 106 KUHAP. Jadi aparat penegak hukum seperti KPK atau Kepolisian harusnya tidak menunggu ada laporan atas dugaan pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden oleh Ketua DPR RI ini.

Dari informasi adanya rekaman ini, seharusnya KPK dapat mendalami kasus ini apakah berpotensi merugikan negara atau masuk dalam pasal penipuan. Sebab, dugaan sementara, laporan Menteri ESDM ke MKD adalah pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden.

Kalau hal itu terbukti dapat masuk dalam pasal 378 Undang-Undang KPK. Sebab, pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden ini dilakukan oleh penyelenggara negara. Jadi masuknya tetap ke UU Tindak Pidana Korupsi.

“Kan sama saja seperti ada laporan dari masyarakat,” tegas Pakar Hukum Pidana dari Universitas Trisakti, Jakarta ini.[mr/rol]

Category: 

Emil Salim: BUMN Bakal Banyak yang Bangkrut Jika Indonesia Gabung TPP

$
0
0

KONFRONTASI-Rencana Indonesia bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP) diperkirakan akan merugikan banyak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Ekonom Emil Salim memprediksi BUMN akan banyak yang bangkrut jika Indonesia terlalu terburu-buru memutuskan untuk bergabung dalam TPP. Ia menilai, BUMN di Indonesia belum siap untuk bersaing dengan perusahaan asing.

"Dalam TPP disebutkan bahwa tidak ada hak spesial bagi BUMN dalam persaingan pengerjaan sebuah program," ujar Emil, saat ditemui di Hotel JW Marriot, Jakarta, Selasa (24/11/2015).

Menurutnya, kondisi perekonomian Indonesia berbeda jauh dengan kondisi Amerika Serikat (AS). Ia mengibaratkan hal ini seperti seperti dua sosok petinju terkenal Elias Pical dan Muhammad Ali. "Mereka sama-sama juara tinju, tapi di kelas yang berbeda. Bayangkan jika mereka diadu, sama halnya dengan kita," ungkapnya.

Ia berpandangan, AS hanya memikirkan kepentingannya. Bahkan, Emil memperkirakan, AS akan menolak segala negosiasi yang tidak menguntungkan pihaknya. "Contohnya APEC, harusnya bisa kita sadari itu," pungkasnya.[mr/mtv]

Category: 
Viewing all 1533 articles
Browse latest View live