Quantcast
Channel: PT Pelabuhan Indonesia Pelindo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

Ekses Ahok: Para Taipan diduga Marah Besar karena sudah Bayar?

$
0
0

KONFRONTASI-  Ahok rontok di pilkada DKI. Ahok keok. Jika megaproyek reklamasi yang kini sudah berjalan tersebut  dihentikan maka para taipan yang sudah mengantongi izin proyek Reklamasi akan marah besar kepada Ahok . Inilah ekses Ahok, yang  diduga terima duit banyak dari para taipan pengembang untuk maju Pilkada DKI.

Demikian pendapat .‎Mantan anggota DPR RI, Ahmad Yani angkat bicara terkait sikap Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang begitu 'ngotot' tak mau menghentikan reklamasi Teluk Jakarta.

Lalu, mengapa Ahok tak hanya kalah, tapi kalah telak? Mengapa Anies tak hanya menang, tapi menang telak? Kombinasi tiga hal ini menjadi sebab.

Penyebab pertama, Anies-Sandi menjadi melting pot, tempat berkumpulnya segmen anti Ahok. Sebagian mendukung Anies karena memang suka Anies-Sandi. Sebagian mendukung Anies karena semata anti Ahok dan tak ingin Ahok menang.

Paling banyak memang pendukung Anies. Tapi tak sedikit pula menjadikan Anies sebagai cara mengalahkan Ahok. Dari hasil survei, data yang punya efek elektoral negatif pada Ahok masih besar.

a) Yang menganggap Ahok menista agama masih di atas 50 persen.

Di bulan Maret 2016, yang tak dukung Ahok karena agama di bawah 40 persen. Bulan Des 2016, setelah kasus Al Maidah, yang tak dukung Ahok karena agama menaik menjadi 65 persen. Namun April 2017, segmen isu agama itu menurun tapi masih di atas 50 persen.

Bagi mayoritas segmen pemilih ini, yang penting yang menjadi gubernur ABA (Asal Bukan Ahok) saja. Siapapun yang melawan Ahok sejauh Muslim akan didukung.

b) Sentimen ingin gubernur baru masih di atas 50 persen.

Motif ingin gubernur baru tak hanya karena agama. Ini segmen anti Ahok yang juga tak suka dengan isu penggusuran, reklamasi, karakter Ahok yang kasar, dan juga prasangka etnis.

Namun di dalamnya juga banyak pemilih yang suka dengan personalitas Anies dan Sandi. Banyak pula pemilih yang pro program yang disosialisasi Anies Sandi.

Motif mereka aneka rupa. Namun menemukan titik temu dengan mendorong Anies kalahkan Ahok.

Penyebab kedua, Anies dan Prabowo secara sistematis mengembangkan isu baru yang populer di kelas menengah. Isu keberagaman, stabilitas politik, rasa aman, persatuan, menjadi nilai utama yang disukai pemilih menengah kota.

Pendidikan segmen kelas menengah ini mahasiswa ke atas. Atau penghasilannya di atas 3,5 juta. Juga banyak yang punya gaji 10 juta sebulan.

Mereka kaum profesional, pengusaha, karyawan, aktivis, penganut agama yang modern, bahkan abangan atau malah sekuler. Jumlah mereka sekitar 35 persen dari populasi.

Selama ini mayoritas segmen pemilih ini menjauhi Anies karena tak menyukai politisasi agama di kubu Anies. Apalagi beredar video yang ingin menjadikan mesjid sebagai pusat gerakan kalahkan Ahok.

Mengagetkan dari data Exit Poll, kini Anies-Sandi justru unggul di segmen tersebut. Padahal ini segmen kelas menengah kota, yg dulunya sangat kritis pada Anies.

LSI sudah melakukan survei soal Anies vs Ahok sejak bulan Oktober 2016, setiap bulan. Belum pernah terjadi Anies unggul dibandingkan Ahok di segmen pemilih menengah ke atas.

Kini situasi berbalik. Ini strategi cerdas kubu Anies dan Prabowo. Sambil membiarkan mereka menjadi titik kumpul anti Ahok, mereka menggarap juga kelas menengah atas dengan isu yang berbeda.

Kubu Anies-Prabowo mainkan dua isu yang berbeda untuk dua jenis segmen pemilih yang berbeda. Berikan pada pemilih apa yang mereka anggap penting, sejauh tak menggangu platform utama.

Pada dua minggu terakhir, di social media, team Prabowo sangat intensif menyebarkan video, meme dan pesan soal isu kebangsaan itu.

Ujar Prabowo, saya akan menjadi orang pertama yang menurunkan Anies-Sandi jika mereka tidak merawat keberagaman dan menghianati NKRI maupun Pancasila.

Ujar Prabowo: kita sudahi Jakarta yang gaduh dan terbelah di bawah gubernur lama. Bisnis memerlukan rasa aman. Ekonomi perlu stabilitas politik. Ini lebih bisa diberikan oleh Anies-Sandi.

Isu itu, kebhinekaan, stabilitas, rasa aman, persatuan berhasil mengambil hati pemilih kelas menengah kota

-000-

Tapi ada hal lain. Bagaimana menjelaskan mengapa margin kemenangan Anies-Sandi besar sekali?

LSI Denny JA tengah april mengumumkan kemenangan Anies dengan margin di atas 8 persen. Survei itu segera dikecam oleh banyak pihak.

Sekjend PDIP membuat pernyataan pers khusus dengan menyatakan keliru jika menjadikan survei Denny JA untuk meyakini kemenangan besar Anies Sandi.

Di saat yang sama, survei SMRC hanya mengabarkan selisih 1-2 persen saja. Bahkan itupun dgn trend suara Ahok menaik dan Anies menurun. Hal yang sama dengan survei indikator. Political Charta yang surveinya lebih anyar bahkan mengumumkan Ahok sudah melampaui Anies.

Tapi apa yang terjadi? Anies tidak menurun bahkan menanjak ke angka 56-58 persen sesuai hasil umumnya quick count. Selisih kemenangan Anies vs Ahok tidak hanya 1-2 persen, tapi dua digit, di atas 10 persen. Bahkan selisih kemenangannya di atas margin survei LSI yang dikecam itu.

Telah terjadi sesuatu di kubu Ahok di era paska survei. Ini terjadi di era sejak seminggu sebelum pencoblosan.

Saya membandingkan data survei minggu pertama april dengan data exit poll minggu ketiga april. Terasa ada perubahan lumayan. Dukungan pemilih ekonomi menengah bawah relatif stabil. Namun dukungan segmen menengah kota untuk Ahok justru menurun.

Apa yang terjadi seminggu terakhir di kubu Ahok? Ini penyebab ketiga. Sebut saja ia blunder sembako. Gerakan membagikan sembako kubu Ahok di hari tenang terlalu mencolok. Bahkan ia menjadi headline koran Tempo di hari tenang. Dan menjadi viral yang meluas di aneka social media.

Ini blunder elektoral. Mereka ingin mengambil pemilih di kantong pendukung Anies. Namun isu gerilya sembako itu berbalik menghantam. Segera menjadi viral isu sembako dianggap sebagai money politics pihak Ahok.

Pemilih kelas menengah kota yang rasional, yang mendukung Ahok tapi masih ragu, tak nyaman. Sedikit hal saja membuat tak nyaman, pemilih yang masih ragu itu malah berbalik badan untuk pergi dari Ahok.

-000-

Di hari pencoblosan, sebelum jam 12.00 saya sudah sms (WA) ke Anies dan teamnya. Saya juga sms (WA) ke Prabowo dan teamnya. Saya bawa kabar yang sangat ingin didengar: mereka menang. Di beberapa grup WA saya juga sudah mengabarkan kemenangan Anies.

Masalahnya TPS baru tutup jam 12.00. Mengumumkan kemenangan sebelum TPS tutup dianggap mempengaruhi pemilih secara tak sah.

Lama saya menunggu datangnya jam 12.00. Akhirnya saya umumkan secara resmi di soc med jam 12.15 soal kemenangan Anies-Sandi. Pada jam itu, saya menggunakan data Exit Poll.

Jam 15.00 saya perkuat lagi berita kemenangan Anies-Sandi itu. Kini dengan data Quick Count.

Mengapa saya berani umumkan kemenangan Anies-Sandi, hanya 15 menit setelah TPS tutup? Saya melihat data exit poll di aneka TPS. Data terkumpul 70 persen pada jam 10.00 pagi.

Dari table, terlihat Anies dan Sandi menang tak hanya di segmen pemilih menengah bawah. Mereka juga unggul di kalangan pemilih menengah atas. Kemenangannya terjadi di aneka wilayah.

Tak ada arti lain. Ini petunjuk nyata Anies menang besar. Setelah data 70 persen, apalagi 100 persen, temuan itu harus sampai ke publik.

Jam 12.15 di hari pencoblosan, saya sudah ucapkan selamat datang gubernur baru. Dua dan tiga jam kemudian, salam itu berkibar di semua media oleh aneka pihak.

Rakyat sudah bicara. Mereka minta perubahan. Mereka minta gubernur baru.

EKSES AHOK

Diketahui,  Ahmad Yani dan Ahok sebelumnya sama-sama pernah duduk di ‎Komisi III DPR RI pada periode 2009-2014.

‎‎"‎Saya dua tahun bareng Ahok di DPR, saya tahu betul bagaimana dia. Dia ini tidak jujur-jujur amat, tidak bagus-bagus amat, tidak ada kelebihannya," kata Yani kepada TeropongSenayan, Jakarta, Senin (25/4/2016).

Politisi PPP ini menilai, kengototan Ahok untuk tetap melanjutkan reklamasi dapat dipahami dan cukup beralasan. 
Sebab, kata Yani, jika megaproyek yang kini sudah berjalan tersebut tiba-tiba dihentikan maka para taipan yang sudah mengantongi izin proyek Reklamasi akan marah besar.‎

"Ahok ini koruptor sejati. ‎Memangnya gratis memberikan izin reklamasi? M‎ungkin betul dia tidak main APBD, ‎tetapi dia merampok lewat pengembang-pengembang itu,"‎ jelas Yani.

"Jadi, kenapa Ahok ngotot rekamasi, jawabnya karena Ahok sudah dapat setor yang angkanya sangat fantastis," terang dia.‎

"Kalau proyek reklamasi ini dihentikan atau gagal, Ahok akan digorok rame-rame oleh para taipan."

Sebelumnya,‎ diketahui Ahok kerap naik pitam saat disinggung wacana penghentian proyek reklamasi di Teluk Jakarta.  Sebab, kata dia, penghentian proyek reklamasi bisa menyebabkan dirinya digugat oleh para pengembang.

"Kita tidak bisa berhentikan, bisa di-PTUN (digugat) kita," kata Ahok. 

Hasil rapat bersama antara pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Senin lalu memutuskan proyek reklamasi di Teluk Jakarta dihentikan sementara. 

Tujuannya penghentian untuk melengkapi semua persyaratan dan perizinan sesuai yang diatur dalam undang-undang yang menjadi acuan. 

Pemerintah pusat melalui Menteri Koordinator Maritim Rizal Ramli menyatakan selama ini ada tumpang tindih peraturan. Tumpang tindihnya peraturan dinilai menjadi penyebab tidak adanya kewajiban yang jelas terkait perizinan yang harus dipenuhi sebelum penerbitan izin pelaksanaan. 

Oleh karena itu, ia menegaskan peraturan yang seharunya menjadi acuan adalah peraturan terbaru sesuai hierarki yang berlaku di Indonesia. 

"Undang-Undang lebih tinggi hierarkinya dari Keppres maupun Perpres. Peraturan yang lama tentu dikalahkan undang-Undang yang baru, kecuali ada pasal-pasal pengecualiannya," ucap Rizal Ramli.

Meski diputuskan dihentikan sementara, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berkeyakinan reklamasi yang sejauh ini sudah dilakukan tidak menyalahi ketentuan. 

Ia menilai dihentikannya sementara proyek reklamasi Teluk Jakarta lebih disebabkan tumpang tindih peraturan. 

"Supaya polemik selesai, kita sepakat reklamasi tidak ada yang salah. Tidak ada yang salah dengan proyek reklamasi. Tidak ada cerita reklamasi akan menenggelamkan Jakarta, tidak ada cerita ikan pada mati. Sekarang kita sadar ada tumpang tindih peraturan," kata Ahok kepada teropongsenayan.com (iy/berbagai sumber)

 
Category: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

Trending Articles