Quantcast
Channel: PT Pelabuhan Indonesia Pelindo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

Terkait Upaya Sofyan Wanandi Mengadudomba Jokowi vs Rizal Ramli, Jusuf Kalla Didesak Pecat Sofyan Wanandi, sang ''Hopengnya''

$
0
0

KONFRONTASI- Wapres Jusuf Kalla  didesak tertibkan atau bahkan pecat Sofyan Wanandi, sang ''hopengnya'', yang ngotot minta Presiden Jokowi tertibkan Menko Rizal Ramli (RR). Padahal kalau program listrik 35.000MW dipaksakan, PLN bisa bangkrut. ''JK kita desak tertibkan itu Sofyan Wanandi,kalau perlu pecat dia,  yang hanya berorientasi bisnis dengan risiko PLN bangkrut, negara dicekik swasta. Manusia macam apa itu Sofyan, yang mengaku pengusaha nasionalis kalau membiarkan PLN rugi atau bangkrut? Investor mana yang tak rasional, yang mau masuk ke sektor energi dengan risiko PLN bangkrut?'' kata aktivis senior  PA-GMNI Frans Aba MA.

Menurutnya, JK, Sofyan dan kongsinya harus bijak melihat kajian Menko RR demi kepentingan negara dan bangsa yang dilanda terpuruknya rupiah. Jangan cuma pengin mendatangkan investor China demi fulus. Sofyan Wanandi mengadu domba Jokowi vs RR karena terganggu bisnis kartelnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli merevisi target pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW menjadi hanya 16.167 MW untuk jangka waktu hingga 2019. Alasannya agar PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak bangkrut.

Rizal Ramli menjelaskan, revisi dilakukan setelah adanya kajian bahwa beban puncak listrik Indonesia bakal mencapai 74.525 MW pada 2019. Proyek yang berlangsung saat ini berkapasitas 7.000 MW. Jika dipaksakan merealisasikan 35.000 MW maka akan terjadi kelebihan kapasitas listrik 21.331 MW. Kelebihan itu harus dibayar PLN dan akhirnya membebani keuangan perseroan.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reforms, Fabby Tumiwa tidak sependapat dengan Rizal Ramli. Menurut Fabby, kelebihan pasokan memang harus ada agar pasokan listrik tetap stabil. Ketika PLN melakukan perawatan, tidak mungkin listrik dimatikan karena bisa menghabiskan waktu dua hari bahkan hingga tiga bulan.

"Saat itu kan dipakai cadangan tadi, bagaimana menteri ini mikirnya. Kalau enggak ngerti teknis jangan ngomong teknis lah," ujar Fabby ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Selasa (8/9).

Selain itu, kelebihan pasokan listrik juga diperlukan karena permintaan dalam negeri terus naik seiring tumbuhnya perekonomian. Tidak mungkin ketika mencapai beban puncak dan permintaan listrik berhenti.

"Kalau tidak kita bangun, Indonesia bisa krisis listrik di 2021. Kalau begitu nanti kita harus mulai lagi besar-besaran 2021. Antisipasinya makanya dibangun sekarang. Kalau nanti krisis listrik 2021 kita salahkan Menko Rizal ini," tegasnya.

Menurut Fabby, kelebihan pasokan pada 2019 mendatang juga tidak akan sebesar yang dihitung Rizal Ramli. Pasalnya, belum tentu semua proyek bisa selesai tepat waktu. Akan ada proyek yang baru mulai digarap 2018 namun masuk dalam megaproyek 35.000 MW.

"35.000 MW engga mungkin semuanya terbangun dan terpakai di 2019. Mungkin selesainya 2022 dan 2023 karena ada yang dibangun 2018. Kalau sekarang dikurangi maka tingkat suksesnya juga makin rendah," tutupnya.

Category: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

Latest Images

Trending Articles