
KONFRONTASI-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, sebagai tersangka kasus dugaan suap pembelian pesawat. “Benar,” kata Juru bicara KPK, Febri Diansyah saat dikonfirmasi, Kamis, 19 Januari 2017.
Kasus ini diduga terkait pembelian pesawat berbadan lebar Airbus A330. Nilai suapnya disebut cukup besar. “Jutaan dolar Amerika Serikat," katanya.
Dalam pengusutan kasus ini, KPK bekerja sama dengan lembaga antikorupsi Singapura (Corrupt Practices Investigation Bureau), dan Inggris (Serious Fraud Office). Di Jakarta, penggeledahan di empat tempat telah dilakukan sejak Rabu kemarin (18/1).
Febri menyatakan, pimpinan KPK akan mengadakan konferensi pers untuk memberi penjelasan lebih lengkap.
Terkait investigasi KPK ini, manajemen maskapai nasional Garuda Indonesia menyampaikan bahwa dugaan hal tersebut tidak ada kaitannya dengan kegiatan korporasi, namun lebih kepada tindakan perseorangan. Saat ini, Emirsyah menjabat Chairman MatahariMall, toko retail online milik Grup Lippo.
Menurut Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia Benny S Butarbutar, sebagai perusahaan publik Garuda Indonesia sudah memiliki mekanisme dalam seluruh aktivitas bisnisnya. Mulai dari penerapan sistem GCG yang diterapkan secara ketat hingga transparansi dalam informasinya.
“Manajemen Garuda Indonesia juga menyatakan menyerahkan sepenuhnya kepada KPK dalam penuntasan kasus tersebut, serta akan bersikap kooperatif dengan pihak penyidik,” kata Benny melalui siaran pers.
Sepak terjang Emirsyah menggawangi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penerbangan ini memang cukup lama. Banyak yang menilai dia mampu membawa Garuda Indonesia bangkit dari keterpurukan usai nyaris bangkrut dan terlilit utang besar pada 2005.
Emirsyah Satar, pria kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959, merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dia memulai kariernya sebagai Auditor di PricewaterhouseCoopers, Jakarta 1983. Usai itu bergabung dengan Citibank Jakarta sebagai Asisten Vice President of Corporate Banking Group pada 1985.
Periode 1990-1994, dia menjabat General Manager Corporate Finance Division Jan Darmadi Group di Jakarta. Pada November 1994 sampai Januari 1996, Emirsyah menduduki posisi Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation, Jakarta.
Setahun kemudian, dia menapaki karir di sebagai Managing Director (CEO) Niaga Finance Co. Ltd, Hong Kong. Barulah setelahnya di memulai karir sebagai Direktur Keuangan (CFO) Garuda Indonesia sebelum bergabung dengan Bank Danamon sebagai Wakil Direktur Utama (2003-2005).
Dia pun kemudian dipercaya Menteri Negara BUMN Sugiharto saat itu sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia pada 2005. Emirsyah memimpin Garuda Indonesia selama hampir 10 tahun. Sebelum mengundurkan diri pada 2004 dan digantikan Arief Wibowo.
Selama di Garuda Indonesia, dia memegang beberapa jabatan seperti Presiden Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Anggota Board of Governors the International Air Transport Association (IATA) dan Chairman Association of Asia Pacific Airlines (AAPA).
Sepanjang dipimpin Emirsyah Satar, Garuda Indonesia tak berhenti melakukan ekspansi. Pembelian pesawat besar-besaran antara lain melalui Program Quantum Leap.
Garuda melakukan pembaruan secara ekstensif serta memperbaiki layanan untuk kembali meraih kepercayaan dari penumpang ataupun regulator keselamatan penerbangan. Bahkan Skytrack juga menempatkan Garuda Indonesia dalam 10 besar maskapai terbaik di dunia.
Tak hanya itu, di bawah kepemimpinannya, Garuda kembali menerbangi langit Eropa. Untuk memperluas pangsa pasarnya, Garuda juga memutuskan bergabung dalam aliansi maskapai penerbangan global, Skyteam.
Dia juga mulai membuka rute baru dan yang pernah ditinggalkan Garuda Indonesia, mendirikan anak usaha yang bergerak di layanan penerbangan murah Citilink, dan sejumlah gebrakan lainnya, termasuk membawa Garuda ke lantai bursa.
Lepas dari Garuda, Emirsyah berlabuh sebagai Chairman MatahariMall.com, situs e-commerce milik Lippo Group. (INL/sumber2)