Quantcast
Channel: PT Pelabuhan Indonesia Pelindo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

PDIP dan Parpol Koalisinya Menunggu Titah Pemodal Terkait Cagub DKI

$
0
0

KONFRONTASI- PDIP dan koalisi besarnya sama-sama dinilai tengah menunggu pemodal untuk menentukan siapa cagub mereka. Demokrasi liberal memang dijinakkan oleh pemodal, dan yang menang adalah tirani modal yang sudah menginvasi demokrasi liberal pasca Orde Baru. Hampir pasti, semua partai politik di DKI menanti opsi dari PDIP yang dipimpin Megawati Soekarnoputeri, terkait siapa calon yang diusung. Dengan kata lain, palu godam PDIP ditunggu seiring PDIP menanti pemodal yang siap membiayai cagubnya ini..

Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengatakan, ada tiga opsi bagi partainya untuk mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.

Ketiga opsi itu masih terus dibahas hingga akhirnya diputuskan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung. "Opsi pertama adalah mendukung incumbent Pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dan Pak Djarot (Djarot Saiful Hidayat)," kata Hasto di kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2016) malam. Opsi kedua dan ketiga tidaklah penting amat.

Kalau sampai opsi pertama yang diambil PDIP, sebagaimana dugaan banyak pihak, maka Koalisi Kekeluargaan satu kubu dengan Golkar, Nasdem dan Hanura. Praktis tidak ada lawan Ahok yang berarti kecuali Risma dan Rizal Ramli. Dan itu berarti, Ahok menemukan puncak politik Klimaks bagi karir politiknya.

Kalau PDIP mencalonkan Ahok, sudah pasti Koalisi Kekeluargaan hancur atau setidaknya buyar. Koalisi tambun itu, tanpa PDIP, akan sama saja dengan Koalisi Tiga Kaki (Golkar, Nasdem dan Hanura) tanpa Beringin.

Oleh sebab itu, karena sama-sama tidak percaya diri, semua parpol Koalisi Kekeluargaan menanti palu godam keputusan akhir dari PDIP: apakah PDIP mencalonkan Ahok atau sosok lainnya dalam Pilgub DKI nanti? Teka-teki ini hanya akan terjawab setelah PDIP memutuskan calon gubernurnya tersebut.

Ahok memang menjadi perhatian Megawati. meski Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak mau jadi kader PDIP.. Ahok mengaku enggan masuk partai sekalipun dirinya maju lewat jalur partai politik.

Kalau sampai PDIP mencalonkan Ahok, sesungguhnya PDIP pun sama sekali tidak percaya diri kalau harus berhadapan dengan Ahok, yang merasa Kandang Banteng lebih membutuhkan dirinya. Bukan sebaliknya.

Sikap dan prinsip Ahok itu membuat PDIP Megawati gatal-gatal secara politik karena tidak punya kandidat kuat di DKI. Kalaupun menarik Risma dari Surabaya, tak ada jaminan bisa mengalahkan Ahok. Serba dilematis bagi Banteng karena Ahok terlanjur popular dan kinerjanya dianggap terjaga.

Terpulang kepada PDIP, kini Ahok melenggang dengan tenang. Terserah nasib. Apakah PDIP akan mencalonkan dirinya, atau Golkar cs yang bakal mengusungnya, Ahok tinggal menunggu nasib saja. Bahkan kalau parpol-parpol mencabut dukungan dan membatalkan keputusan mencalonkan AHok, maka Ahok juga pasrah saja. Inilah politik parpol-parpol kita yang krisis kader di era demokrasi yang tidak bermutu dan tidak jelas parameter nilai-nilai moral etis dan ideologisnya.

Semua paprpol maunya berkuasa, kalau bisa menang terus dan terus menang. Karena kekuasaan adalah segala-galanya, sementara ekonomi rakyat makin susah dan para pejabat tak perduli amat. Indonesia memang krisis kepemimpinan dan krisis itu akut di seluruh parpol yang ada. Mau apa lagi? Demokrasi transaksional sudah jadi tabiat dan oligarki sudah berurat akar di bawah tirani modal. Rakyat hanya jadi obyek dan tumbal demokrasi liberal. (berbagai sumber)

Category: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

Trending Articles