
KONFRONTASI- PT Pertamina (Persero) perlu waktu 4 tahun untuk memperbesar cadangan operasional BBM dari 15 hari menjadi 30 hari. Atau pada 2020 baru bisa terlaksana. Itupun kalau lancar, tak ada 'badai'.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, sesuai roadmap pembangunan tangki timbun dan cadangan BBM perseroan, kebutuhan bahan bakar tiap tahun terus meningkat.
Karena itu, diperlukan tambahan kapasitas penyimpanan dan peningkatan cadangan operasional guna mengantisipasi konsumsi BBM. "Kami menargetkan 30 hari sesuai dengan kenaikan demand di 2020. Cadangan BBM-nya mencapai 7,3 juta kilo liter (KL)," ujar Dwi di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Dwi menjabarkan, cadangan operasional BBM di 2015 sudah mencapai 23 hari, atau sebanyak 4,8 juta kl. Selanjutnya di tahun ini, akan terjadi peningkatan cadangan BBM sebesar 552 ribu KL. "Yang di 2016 ini peningkatan cukup signifikan tambahannya," tutur Dwi.
Di tahun-tahun berikutnya, Pertamina terus berupaya meningkatkan cadangan operasional BBM-nya. Di tahun 2017, misalnya, cadangan operasional BBM akan ditambah menjadi 517 ribu KL. "Kemudian ini berlanjut di 2018 bertambah 405 ribu kl, 2019 nambah 600 ribu KL, dan di 2020 ditambahkan 320 ribu kl," kata Dwi.
Gandeng Swasta
Sementara itu terkait pembiayaan, Dwimengatakan, untuk bagian Pertamina, pihaknya telah menyiapkan anggaran sendiri untuk merealisasikan target tersebut dari kas internal perusahaan.
"Pertamina menyiapkan untuk porsi Pertamina. Tapi kita tidak akan menyiapkan untuk keseluruhan karena kita akan mengajak swasta untuk berpartner dengan Pertamina," ungkap Dwi saat dijumpai di Gedung DPR MPR, Jakarta, Selasa (19/4).
Seperti yang dijabarkan Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Pertamina akan menambah cadangan operasional produk Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak 320 ribu Kilo Liter (KL), dari semula di 2015 hanya 23 hari dengan kapasitas 4,8 juta KL menjadi 30 hari dengan kapasitas 7,3 juta KL.
Dwi mengaku, pihaknya akan berdiskusi lebih lanjut terkait realisasi target ini. Menurutnya yang terpenting, Pertamina dapat menjadi bagian yang dominan dalam porsi tersebut agar bisa mengontrol investasi yang berjalan dengan jumlah wajar.
"Nanti akan kita bicarakan. Yang terpenting Pertamina masuk di dalam agar bisa control investasi yang wajar berapa dan biaya-biaya operasinya berapa supaya kontraknya dengan kontrak yang wajar," jelasnya.
Kendati demikian, Dwi masih enggan menyebut total biaya yang disiapkan Pertamina guna mendanai cadangan operasional tersebut. "Ada, tapi saya gak hapal," pungkasnya.
[mr/inl/jitu]