Quantcast
Channel: PT Pelabuhan Indonesia Pelindo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

Gagasan Menko Rizal Ramli Diikuti Mendag Tom Lembong: Sistem Kuota diganti Tarif, Atasi Kartel

$
0
0

KONFRONTASI- Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli baru-baru ini mengusulkan agar sistem kuota untuk impor pangan diganti saja dengan sistem tarif. Sebab, sistem kuota menyuburkan kartel, membuat banyak muncul 'mafia pangan' yang mengendalikan pasokan sehingga dapat memainkan harga.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong menyebut usulan Rizal Ramli tersebut sebagai konsep yang revolusioner. Bila usul Rizal Ramli tersebut diterapkan, perizinan di sektor pangan akan dirombak total.

"Itu (usul Rizal Ramli) konsep yang revolusioner, kalau kita sepakat berarti perombakan total perizinan di sektor pangan," kata Lembong saat berdiskusi dengan media di Restoran Sari Minang, Jakarta, Selasa (2/2/2016).

Lembong menyatakan sangat setuju dengan usulan Rizal Ramli. Dirinya sependapat, banyak masalah yang timbul akibat penggunaan sistem kuota. Mekanisme pasar tidak berjalan dengan baik akibat adanya kuota. Harga pangan pun menjadi tinggi dan kurang stabil.

Dengan sistem tarif, pasar akan menjadi lebih bebas dan terbuka, persaingan lebih ketat, pasokan menjadi lebih banyak, sehingga harga bisa didorong turun.

"Saya sangat setuju dengan Pak Menko Kemaritiman bahwa banyak sekali masalah yang timbul dari sistem kuota, baik kuota resmi maupun tidak resmi. Logika sederhana saja, semakin suatu pasar dibuka dan semakin ada kebebasan, semakin lancar pasokan dan stabil harga," paparnya.

Penggantian sistem kuota dengan sistem tarif dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah harga pangan di Indonesia.

"Semakin pasar dibatasi, semakin pasar itu tipis, tidak ada mekanisme supply-demand yang baik," ucapnya.

Karena itu, pihaknya akan segera mengubah tata niaga impor di sejumlah komoditas pangan, mengganti sistem kuota dengan sistem tarif. Dengan sistem tarif, siapa pun bisa mengimpor asalkan membayar tarif impor.

"Selama memenuhi persyaratan higienis, lingkungan hidup, harusnya semua orang boleh berdagang pangan, ekspor impor," tutupnya.

Sebelumnya, Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, mengkritik sistem kuota dalam impor pangan. Menurut Rizal sistem kuota inilah yang membuat harga pangan masih juga mahal meski jumlah impor ditambah.

"Niatnya baik, kita atur impornya pakai peraturan, pakai kuota atau semi kuota, dengan harapan melindungi produsen dalam negeri. Tapi dalam praktiknya, di hampir semua komoditas pemain riilnya paling hanya 6 atau 7, berdasarkan data-data KPPU. KPPU nggak mau sebut namanya," jelas Rizal.

Menurut Rizal, ketidakwajaran harga paling kentara ada pada import daging sapi. Dari pengamatannya, meski jumlah importir sapi banyak, hal tersebut tak menunjukan ada persaingan yang sehat dalam penetapan harga.

"Importir semu atau ecek-eceknya banyak. Misalnya di daging barangkali terdaftar 40 (importir), tapi riilnya hanya 6-7. Seolah-olah rame, kompetitif, tapi dalam prakteknya hanya 6-7 saja," ungkapnya.

Kejanggalan lain dalam penetapan kebijakan impor pangan, sambung Rizal, adalah penunjukan importir yang juga memiliki peran lain sebagai produsen. Hal ini membuat importir menjadi pengendali harga bahan pangan yang beredar di masyarakat.

Category: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

Latest Images

Trending Articles