
KONFRONTASI- Tokoh Malari 1974 yang menjadi legenda gerakan mahasiswa di Indonesia yakni dr Hariman Siregar, menyampaikan pandangan terbuka kepada pemerintahan Jokowi-JK agar memberi tempat pada ekonomi rakyat , menggerakkan ekonomi dalam negeri tanpa harus menambah utang luar negeri. Juga perlunya Jokowi memperkuat industriliasasi domestik dan infrastruktur di daerah-daerah untuk mencegah urbanisasi ke Jakarta. Hariman juga menyarankan perlunya menggerakkan perdagangan antardaerah dan antarpulau dengan jumlah warga kita 250 juta orang, hampir mendekati Eropa, sudah bisa mendinamiskan perekonomian nasional.
Bertempat di teater kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Jumat malam (15/1/2016) digelar acara peringatan peristiwa Malari dan perayaan Indonesia Democracy Monitor (Indemo).
Hariman Siregar, tokoh peristiwa itu menyampaikan pesan penting kepada Presiden Jokowi di tengah sambutan yang penuh gelak tawa. Acara peringatan yang diselenggarakan bersamaan peluncuran buku puisi karya Teguh Esha berjudul Indosara ini dihadiri para tokoh aktivis seperti Akbar Tandjung, Rizal Ramli, Fahri Hamzah, Ariady Ahmad, Bursah Zarnubi, Jenderal (Purn) Djoko Santoso, Fuad Bawazier, HS Dillon, Rudiantara dan kaum muda.
''Hariman Siregar merupakan tokoh gerakan mahasiswa 1974 yang menjadi titik awal yang paling krusial dan historis bagi gerakan kampus melawan Orde Baru. Peristiwa besar ini menjadi inspirasi dan memotivasi bagi kaum mahasiswa generasi berikutnya untuk melawan Orba,'' kata Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli.
"Janganlah perekonomian ini dibangun dengan hutang-hutang luar negeri. Nanti hanya akan menimbulkan ketimpangan karena cara seperti itu biasanya tidak memberi tempat kepada rakyat," papar Hariman yang seperti biasanya tampil santai seraya memberi masukan kepada. Presiden Jokowi yang dinilai berbagai kalangan terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi.
Mengutip pendapat mertuanya, Profesor Sarbini Sumawinata, Hariman mengungkapkan seharusnya pembangunan ekonomi Indonesia dilakukan dengan menggerakkan perdagangan antarpulau,antardaerah dan menyatukan perekonomian rakyat yang tersebar di pulau-pulau dari Indonesia Barat sampai Timur . Sehingga tidak bergantung impor. Sebab, populasi dan demografi Indonesia sudah hampir sebesar Eropa.
Hariman juga mengingatkan perekonomian Indonesia memiliki potensi tekanan yang bisa lebih berat dibanding krisis ekonomi 1998. "Saat 1998 hanya sektor keuangan yang tertekan. Kini lebih berat karena komoditi baik CPO atau batubara serta komoditi lainnya tak berharga akibat lesunya ekonomi dunia," papar Hariman.
Para tamu dan aktivis memberi aplaus meriah kepada Bang Hariman dan Mbak Nuri beserta keluarga besarnya, di mana acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya . ''Ini benar-benar reuni antargenerasi pergerakan,'' kata Indra Adil, mantan aktivis mahasiswa 1977/78. (k)