
KONFRONTASI- Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) menilai salah satu tantangan mewujudkan masyarakat Pancasila melalui jalan Trisakti adalah karena praktik politik dan ekonomi sekarang ini yang masih menganut liberalisme.
Ketua Umum PA GMNI Ahmad Basarah mengungkapkan praktik liberalisme yang terjadi di Indonesia diawali dengan dikeluarkannya kebijakan pintu terbuka terhadap modal asing melalui produk hukum pertamanya yaitu Undang-undang No 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (UU PMA).
"Kebijakan itu telah mengintegrasikan Indonesia dalam tata ekonomi dunia yang kapitalistik dan menciptakan kondisi ketergantungan terhadap lembaga dan negara donor yang beroperasi melalui jeratan jebakan hutang dan kebijakan turunannya yang berhasil mempengaruhi kemandirian ekonomi Indonesia hingga saat ini," kata Basarah, saat menyampaikan pidato Pengukuhan Pengurus DPP PA GMNI masa bhakti 2015-2020, di Jakarta, Selasa (10/11/2015).
Menurut Basarah, beberapa contoh penguasaan asing atas sektor-sektor ekonomi strategis nasional dapat dilihat dalam industri kendaraan bermotor, tambang, perkebunan, teleokomunikasi, perbankan dan lain sebagainya.
Tak cukup hanya itu, pemerintah juga berencana meliberalisasi beberapa sektor bisnis untuk asing, yakni Pelabuhan, diperkirakan bisa mencapai 49%, Operator Bandara, bisa mengelola hingga 100%, Jasa Kebandaraan, bisa mencapai 49%, Terminal darat untuk barang, bisa mencapai 49%, Periklanan, terutama negara-negara anggota ASEAN, bisa mencapai 51%.
"Merujuk fakta-fakta kekuatan modal asing yang beroperasi di Indonesia dan juga besaran utang luar negeri, berdasarkan laporan BI pada Agustus 2015 lalu yang telah mencapai 303,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 4.093,20 triliun dengan nilai kurs rupiah 13.500 per dolar, sesungguhnya sudah cukup membuktikan bahwa tulang punggung pembangunan ekonomi Indonesia memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap asing," ujar Basarah.
Hal itu, menurut Ketua Fraksi PDIP di MPR ini, telah menjadi tantangan dan sekaligus ancaman tersendiri bagi kedaulatan serta kemandirian ekonomi bangsa saat ini.
"Pemaparan dan penyikapan atas fakta-fakta tersebut bukanlah berarti kita anti modal asing. Akan tetapi kita harus cermat dan teliti dalam melakukan perjanjian kerja sama ekonomi dengan pihak negara lain atau lembaga asing, baik secara bilateral maupun multilateral. Kita juga harus berani untuk mereposisi kekuatan modal asing hanya sebagai faktor pendukung pembangunan ekonomi Indonesia. Sehingga ketergantungan terhadap asing tersebut bisa dikurangi secara bertahap menuju kemandirian ekonomi bangsa yang berdikari," jelas Basarah.
Atas kondisi itu, lanjut Basarah, sesungguhnya telah memberikan gambaran kepada semua anak bangsa bahwa saat ini bangsa Indonesia tengah tersesat dari iman ideologi bangsanya sendiri karena keluar dari haluan politik Trisakti. Dengan demikian, tema perjuangan PA GMNI dalam Kongres III lalu, yakni "Jalan Trisakti Menuju Tatanan Masyatakat Pancasila" akan menemukan konteks dan relevansinya.
"Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah revolusioner untuk kembali kepada jalan ideologi Pancasila melalui haluan politik Triskati dengan cara membangun kembali revolusi mental bangsa Indonesia agar memperoleh kembali kepercayaan diri untuk membangun suatu sistem politik yang berdaulat, merancang dan mengelola sistem ekonomi yang bertumpu kepada kekuatan dan kemandirian bangsa sendiri serta membangun dan mengembangkan sistem budaya yang bersumber dari nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia sendiri," ungkapnya
Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) mengaku prihatin atas kondisi politik dan ekonomi bangsa ini yang cenderung masih mempraktikkan nilai-nilai liberalisme. Bahkan, banyak kebijakan yang justru tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan tidak sesuai dengan haluan Trisakti.
Atas kondisi itulah, Ketua PA GMNI Ahmad Basarah berkomitmen membawa organisasi yang dipimpinnya itu melaksanakan tugas perjuangan dan panggilan sejarahnya selama lima tahun ke dapan.
"Dalam melaksanakan tugas perjuangannya tersebut, PA GMNI akan menggunakan teori perjuangan Marhaenisme ajaran Bung Karno, yakni melakukan Penyusunan Kekuatan (Machtvorming) dan Penggunaan Kekuatan (Machtanwending)," kata Basarah saat menyampaikan pidato Pengukuhan Pengurus DPP PA GMNI masa bhakti 2015-2020, di Jakarta, Selasa (10/11/2015).
Basarah menegaskan, segenap potensi alumni GMNI yang lahir dari kawah candradimuka GMNI sejak tahun 1954 hingga saat ini akan dikonsolidir menjadi kekuatan yang akan mengorganisir berjuta-juta tenaga rakyat marhaen untuk mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Alumni GMNI, kata Basarah, sebagai kekuatan intelektual Nasionalis-Soekarnois, saat ini, telah menyebar dalam berbagai spektrum kehidupan sosial kemasyarakatan dan kenegaraan. Mereka tersebar di berbagai partai politik, birokrasi, perguruan tinggi, dunia usaha dan lain sebagainya.
"Dalam rangka kaderisasi kaum Nasionalis Soekarnois, PA GMNI juga akan terus melakukan berbagai upaya untuk mendukung Presidium GMNI dan segenap jajarannya untuk terus melakukan rekrutmen dan kaderisasi bagi tunas-tunas bangsa di setiap kampus di seluruh Indonesia," ungkapnya.
"Dengan kata lain, tanggung jawab melaksanakan kaderisasi, kaderisasi, dan sekali lagi kaderisasi akan menjadi kata kerja utama bagi pelaksanaan program organisasi PA GMNI untuk lima tahun ke depan dan masa-masa yang akan datang," tukasnya.
Dengan cara demikianlah, lanjut dia, pihaknya meyakini bahwa ajaran-ajaran Bung Karno akan tetap bijak dan lestari karena kader-kader GMNI akan senantiasa setia mewarisi dan melanjutkan Api Perjuangan Bung Karno.
"Dengan cara itulah, kami harapkan kehadiran PA GMNI di tengah-tengah pergaulan sosial politik bangsa Indonesia akan memberikan sumbangsih terbaiknya bagi upaya pembangunan nasional bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945," pungkasnya.(K)