
KONFRONTASI- Revolusi Mental merupakan kata-kata penuh makna dan mantra yang sangat kuat. Ada kesan menggugat. Juga ada kesan tekad perubahan yang mendasar. Namun sayang, dalam setahun pemerintahan, belum banyak menteri yang meresepi, memahami atau bahkan mengerti wujud revolusi mental itu seperti apa. Adalah Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli PhD yang begitu serius menghayati spirit Revolusi Mental dan Trisakti serta Nawacita untuk membantu Presiden Jokowi mencerdaskan rakyat dengan informasi yang obyektif dan transparan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sosial sesuai Konstitusi 1945.
"Mungkin di antara menteri-menteri ini ada yang tak paham, apa yang harus direvolusi. Atau malah, justru di antara mereka adalah bagian yang harus direvolusi," kata Direktur Eksekutif Aufklarung Institute, Dahroni Agung Prasetyo, kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Kamis, 5/11).
Hingga akhirnya, lanjut Agung, Revolusi Mental itu mewujud dalam jurus "Rajawali Ngepret" Menko Maritim Rizal Ramli. Jurus ini tentu saja bagaikan halilintar di siang bolong yang mencabik-cabik jaringan sistem kekuasaan yang selama ini dikendalikan oleh segelintir orang. Jaringan yang sudah berurat-berakar ini berusaha didobrak Rizal Ramli.
"Memang, untuk kelompok yang sudah menikmati kekuasaan yang kadang diperoleh dengan cara tidak benar serta merugikan negara, jurus Rizal Ramli ini terasa begitu menyakitkan. Mungkin banyak yang merasa tersinggung, lalu diam-diam memuntahkan sumpah serapah dan menuding Rizal Ramli bikin gaduh," ungkap Agung.
Agung tak mempersoalkan bila memang Rizal disebut bikin gaduh. Bagi dia, ini adalah kegaduhan putih. Kegaduhan putih adalah wujud Revolusi Mental, yang memang perubahan dengan gebrakan yang menghentak dan mendobrak.
"Ini revolusi, bukan evolusi. Perubahan besar yang butuh ketegasan cepat dan tepat sehingga cita-cita Trisakti bisa terwujud, minimal dalam lima tahun ini," tegas Agung.
Agung juga menilai, kegaduhan putih meruapakan lawan dari kegaduhan hitam. Kegaduhan hitam adalah kegaduhan yantg dibikin para mafia dan antek asing yang selama ini menyengsarakan rakyat. Kerjaan mereka adalah membuat opini dan pengalihan isu, agar manuver dan kegiatan mereka mengambil sumber daya alam Indonesia tak terendus.
"Kadang para mafia ini menuduh para revolusioner, yang mau mewujudkan secara nyata Revolusi Mental di bawah komando Presiden jokowi, sebagai orang-orang gaduh," demikian Agung. [ysa]