
KONFRONTASI-Kekecewaan terhadap kinerja Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) belakangan ini ramai disorot berbagai kalangan. Nawacita dalam pembangunan ekonomi sudah tak jalan lagi. Gagal. Sejumlah media massa juga ramai memberitakannya, terutama adanya sejumlah pernyataan Presiden Jokowi yang menunjukkan kekecewaan terhadap kinerja kedua menterinya itu.
“Menko Perekonomian belum mampu mengkoordinasikan Kementerian-Kementerian yang ada dibawah koordinasinya. Darmin terlihat kebingungan. Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi dan "pertarungan" kebijakan antar Kementerian disebut menjadi titik utama kelemahan,” kata pemerhati ekonomi Indah MS kdi Jakarta, Senin (6/3/2017).
Sementara itu Sutia Budi, direktur Riset Global Base Review (GBR) berpendapat, Menko Darmin tidak mampu untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan di negeri ini. Dalam kondisi negeri seperti saat ini, Indonesia butuh Menko yang kuat, yang mampu mengkoordinasi dan mampu mensinergikan kekuatan.
Menurut Ketua Bidang Perekonomian & Moneter KORNAS FOKAL IMM ini, salah satu kementerian di bawah Menko Darmin yang memiliki Kinerja rendah adalah Kementerian Keuangan yang dipimpin Sri Mulyani. Publik tidak mengetahui apa saja yang sudah dikerjakan oleh Mulyani.
Bahkan menteri ini juga kerap beralasan bahwa lambannya pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat pertumbuhan ekonomi dunia melambat, permintaan rendah, dan lain-lainnya. Mulyani pernah mengatakan, upah kita kemahalan, produktivitas SDM rendah, dan semacamnya.
Padahal, lanjutnya, beberapa waktu lalu, Sri Mulyani pernah berjanji menerima pekerjaan sebagai Menteri Keuangan untuk membuat APBN yang bisa menciptakan masyarakat adil dan makmur. Tapi mana buktinya?
“Mulyani cuma beretorika. Padahal, ditengah rendahnya pertumbuhan, anjloknya pendapatan negara, dan semakin sulitnya ekonomi rakyat, kita tidak membutuhkan menteri-menteri yang bisanya cuma beretorika, tapi membutuhkan menteri yang melakukan hal-hal konkret dan solusi cerdas untuk mengatasi keterpurukan ekonomi yang melanda negeri ini.
Gagal
Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS) mengatakan, pembangunan infrastruktur untuk memperbaiki kualitas konektivitas yang diharapkan, meleset. Tahun lalu, ekonomi kita hanya tumbuh 5,02%, lebih rendah dibandingkan 5,56% pada 2013.
“Bahkan, saking pas-pasannya kinerja Menko Darmin dan Sri Mulyani, target ekonomi yang dipatok tahun ini pun hanya 5,1%. Baru setelah dalam sidang kabinet Presiden ‘marah’, buru-buru target didongkrak jadi 5,7%. Bahkan paket-paket ekonomi berseri yang diluncurkan Darmin, berhenti di atas kertas,” ujar Edy.
Harus kita akui, lanjut Edy, Jokowi berharap banyak kepada keduanya untuk membenahi sengkarut perekonomian negeri. Kenyataannya keduanya tak mampu melaksanakan keinginan Jokowi.
“Kalau sudah gagal untuk apa dipertahankan. Saatnya Presiden Jokowi memberhentikan Darmin dan Sri Mulyani di kabinet. Presiden layak mencari Menko dan Menkeu baru yang cerdas, pro rakyat, dan yang mampu menjalankan program. Bila tidak ekonomi negeri ini akan semakin ambruk,” kata Indah.