
KONFRONTASI- Tokoh nasional Rizal Ramli menegaskan tensi Pilkada DKI belakangan ini sangat tinggi. Apalagi menjelang hari pencoblosan besok, suasana sangat panas.
"Saya mau bicara bidang yang saya biasa kuasai, tapi saya biasa juga bicara apa adanya. Dibawah itu suasananya sangan panas sekali kok, memang kita bisa basa-basi seolah-olah tidak ada apa-apa. But under the surface a tension," kata Rizal Ramli dalam acara bertema 'Merekatkan Bangsa' yang disiarkan TVOne, Selasa malam (14/2/2017).
Menurut RR, sapaan akbrabnya, kontestasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur cenderung mengarah kepada isu SARA.
"Kalau hanya sekedar kompetisi Pilkada, nggak ada masalah, ada ratusan pilkada tanpa masalah sama sekali. Tapi yang terjadi ini, tensi ini sifatnya mengarah ke arah SARA, soal Agama dan suku," kata Rizal dengan nada tegas.
Rizal menegaskan Indonesia tidak pernah membedakan orang berdasarkan suku dan Agama. Ia menyebut ada pihak-pihak sengaja yang menggunakan segala cara untuk memenuhi kepentingan politik semata, termasuk menggunakan isu agama.
"Kami dari sejak muda tidak pernah membedakan tetapi, memang ada yang arogan yang menggunakan isu agama ini dan juga ada yang congkak yang neo-fasis cara bicaranya yang main gusur kiri-kanan, nah saya pikir masalah Indonesia bayangin nih sejak November, empat bulan waktu kita habis ngurusin soal begini," tegas Rizal.
Tokoh perubahan Indonesia ini juga secara terang menyatakan permasalahan yang menyangkut Pilkada DKI tidak selesai dalam waktu dekat ini. Agenda hak angket yang dilayangkan DPR serta "keributan" lainnya akan terus bergulir.
Ia menekankan kepada pihak-pihak yang membuat situasi tidak kondusif segera ditindak.
"Kita basa-basi aja nggak ngomong masalahnya apa, dua bulan lagi kita akan sibuk ngurusin soal angket masih terkait dengan masalah ini. Kalau seandainya menang pun pasti ribut lagi, jadi yang bikin kacau ini hanya satu dua orang menurut saya yang kacau-kacau ini disikat lah..udah gitu aja," papar Rizal Ramli.
POTENSI INSTABILITAS
Potensi instabilitas sosial dan terganggunya kerukunan antar umat beragama saat pemilihan gubernur DKI Jakarta sangat besar, karena dilaksanakan bersamaan dengan proses persidangan kasus penistaan agama yang dilakukan calon petahana, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Untuk mengantisipasi agar hal itu tidak terjadi, tokoh nasional DR. Rizal Ramli menyambangi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (14/2/2017). Dalam pertemuan itu, kedua tokoh bertukar pikiran dalam mencari jalan keluar terbaik dari polemik yang sedang terjadi.
Rizal Ramli mengatakan, jangan sampai bangsa ini diadu domba dan saling dibenturkan seperti yang sekarang ini dirasakan, yaitu antara "kelompok santri" yang dibenturkan dengan "kelompok abangan", serta minoritas yang dibenturkan dengan kelompok mayoritas, juga antara kelompok suku tertentu dan umat agama tertentu.
"Upaya adu domba hanya akan merusak dan bisa menghancurkan bangsa," ujar Rizal Ramli dalam pertemuan di kantor PP Muhammadiyah.
Kepada Haedar Nasir, Rizal Ramli berharap Muhammadiyah kembali mengambil perannya sebagai unsur pemersatu bangsa karena Muhammadiyah merupakan bagian dari sejarah penting negara Republik Indonesia terutama dalam gerakan perjuangan kemerdekaan, persatuan serta kesatuan bangsa.
Rizal Ramli menekankan, jangan sampai Indonesia setback hanya gara-gara satu orang yang berambisi kepada jabatan sebab risikonya akan sangat besar. Salah satunya perekonomian Indonesia bakal mundur lima sampai delapan tahun ke belakang.
Sementara itu, Haedar Nasir menyatakan Muhammadiyah tetap konsisten dalam menjaga kerukunan atar umat beragama, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tidak ingin bangsa ini terbengkalai hanya karena urusan Pilgub. (kf)