
JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis angka pertumbuhan ekonomi (PE) tahun 2016 sebesar 5,02 persen, angka ini tentunya tidak mencapai target dari pertumbuhan ekonomi sesuai dengan APBN-P 2016 yang sebesar 5,2 persen.
Jika tak mau terulang kembali, pemerintah dinilai harus lebih bekerja keras lagi agar target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 sebesar 5,1 persen dapat tercapai.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan target pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil pada tahun ini merupakan angka yang realistis dipatok pemerintah, mengingat kondisi perekonomian global yang belum begitu menjanjikan.
"Diharapkan 2017 ekonomi tumbuh 5,1 persen, itu angka yang realistis," kata Bhima saat dihubungi INILAHCOM, Senin (06/02/2017).
Namun, kata Bhima, meski target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini lebih rendah, bukan berarti hal itu mudah untuk dicapai.
Bhima pun punya syarat jika pemerintah ingin mencapai angka pertumbuhan ekonomi tersebut diantaranya, perbaikan dari sisi sektor industri, terutama industri pengelolaan dan pertanian yang sama-sama turun pada tahun ini.
"Kedua sektor ini kontribusinya paling besar terhadap perekonomian industri pengolahan menyumbang 20,51 persen, sedangkan pertanian kontribusinya 13,45 persen. Industri pengolahan turun dari 4,33 persen ke 4,29 persen di 2016 sementara pertanian dari 3,77 persen ke 3,25 persen secara tahunan," papar Bhima.
Selain itu perbaikan dalam menjaga laju inflasi juga akan berpengaruh terhadap perekonomian, apalagi mengingat tekanan laju inflasi pada tahun ini bakal lebih besar.
"Inflasi juga harus dijaga karena inflasi diprediksi akan tembus diatas 4 persen, inflasi tinggi, daya beli masyarakat akan turun dan konsumsi rumah tangga yang diandalkan di 2017 bisa turun," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan Kementerian Pertanian untuk tetap menjaga pasokan pangan sepanjang tahun 2017, kalau tidak inflasi dari sektor pangan akan membengkak.
"Yang harus dijaga pasokan pangan, harus betul-betul diperhatikan timing (waktu), khususnya lebaran dan Desember. Rantai perdagangan harus dibuat efisien," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto di Kantornya, Jakarta Senin (06/02/2017).
Kecuk bilang untuk laju inflasi pada tahun ini diperkirakan akan semakin berat, tak hanya soal harga pangan komponen harga yang ditentukan pemerintah atau administered pricediprediksi akan menekan laju inflasi.
"Saya masih yakin pemerintah mampu kendalikan inflasi 2017. Saya sebut tantangan inflasi 2017 berat, tapi Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sudah buat 6 langkah strategis. Salah satunya kendalikan harga pangan dengan jaga pasokan. Saya yakin komitmen Pemerintah itu bisa," paparnya.
Asal tahu saja, BI akan menjaga inflasi kelompok harga barang bergejolak (volatile food) di rentang 4-5 persen untuk meredam tekanan inflasi di 2017. (sumber2/inilahcom),