Quantcast
Channel: PT Pelabuhan Indonesia Pelindo
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

SBY, PDIP, Negara yang Rusak dan Bermasalah. Mau Kemana Jokowi-JK?

$
0
0

KONFRONTASI- Para pakar menyatakan penyelundupan sembako merajalela, korupsi merajalela dan hukum tidak ada, kecuali bagi si lemah. Negara terseok dan gagal atasi penyelundupan barang dan sembako dari India, China dan seterusnya. Bagaimana tidak miris? Jokowi-JK harus cepat bekerja, mengatasi penyelundupan sembako dan semua barang komoditi. Pilkada dan pemilu dibayangi kecurangan dan politik uang. Bagaimana ini? Curhat SBY adalah keluhan SBY hadapi keadaan ekonomi dan KKN yang merajalela.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Charles Honoris ikut mengomentari kicauan yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di akun twitternya, @SBYudhoyono.

 

Pada Jumat (20/1/2017) kemarin, SBY menulis status, "Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi beginil. Juru fitnah & penyebar "hoax" berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY*"

Charles melihat status SBY sekedar keluhan yang tidak jelas.

"Yang saya lihat dari cuitan SBY hanyalah sebuah keluhan yang hanya menimbulkan spekulasi dan polemik di masyarakat. Sama seperti pidatonya yang menyebutkan istilah Lebaran kuda yang akhirnya menimbulkan polemik di mata publik," kata Charles dilansir Kompas.com, Jumat malam.

Seharusnya, lanjut Charles, SBY selaku Presiden keenam RI lebih baik banyak membantu pemerintahan Jokowi daripada mengeluh. Charles meminta SBY belajar dari sosok Presiden kelima Megawati Soekarnoputri, Presiden ketiga BJ Habibie, dan Wakil Presiden keenam Try Sutrisno.

Para mantan kepala dan wakil kepala negara itu dalam beberapa waktu terakhir bertemu Jokowi di istana untuk menyampaikan saran dan masukan kepada Jokowi.

"Mereka adalah negarawan yang selalu memberikan solusi bagi permasalahan bangsa. Karakter seorang negarawan akan teruji dari sikapnya ketika ia masih berkuasa ataupun tidak berkuasa," ucap anggota Komisi I DPR ini.

Sementara, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo menyebutkan, kicauan SBY sudah dipikirkan matang-matang. SBY pun diyakini sudah memiliki sejumlah bukti sampai akhirnya mengeluarkan pernyataan itu.

"Saya kira kicauan beliau itu yang sangat singkat dan padat, sudah paripurna, sudah dipikirkan dalam-dalam dari beliau, dan tidak perlu ditafsirkan lagi," kata Roy saat dihubungi, Jumat (20/1/2017).

Menanggapi isi kicauan SBY, Roy berharap agar masyarakat Indonesia berintrospeksi. "Saya sarankan setelah baca itu mari kita doakan bangsa ini bersama-sama dan mari kita jadikan ini introspeksi," kata dia.

Presiden keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kembali mengentak publik Indonesia melalui kicauan di akun Twitter pribadinya‏, @SBYudhoyono.

 

Sementara itu pengamat komunikasi politik, Maksimus Ramses Lalongkoe, mengatakan, kicauan SBY itu pasti memiliki tujuan dan maksud khusus.

“Entah itu kepada pemerintahan yang berkuasa ataupun kepada masyarakat Indonesia. Kata-kata yang digunakan dalam kicauan itu juga memiliki makna yang luas dan dalam,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia (API) ini.

Ramses mengatakan, jika masyarakat biasa yang berkicau, mungkin hal itu tidak berdampak. Namun, karena seorang mantan kepala negara yang bercericit, tentu hal tersebut berdampak.

“Dampak yang paling cepat adalah bagaimana publik memberikan komentar langsung, baik yang bernada positif maupun yang bernada negatif,” kata Ramses.

"Namun, yang pasti kicauan itu punya maksud dan tujuan, dan saya melihatnya kepada pemerintahan yang berkuasa dan kepada masyarakat luas," ucap Ramses, penulis buku Ahok Sang Pemimpin “Bajingan” itu.

Menurut Dosen Universitas Mercu Buana, Jakarta, ini, kicauan mantan presiden dua periode tersebut bisa menjadi bumerang. Sebab, kata-kata yang digunakan cenderung pesimistis daripada kata-kata yang membawa optimisme bagi keberlangsungan negara.

Seharusnya, kata Ramses, SBY sebagai mantan presiden dan sebagai tokoh bangsa tidak perlu terpancing dalam persoalan-persoalan kecil.

Membangun optimisme dan semangat kebangsaan yang lebih diutamakan daripada berkutat pada hal-hal yang tidak memiliki manfaat bagi kebaikan negara dan bangsa. 

Ramses mengatakan, publik tentu berharap, SBY lebih banyak menyampaikan pikiran-pikiran positif yang berdampak konstruktif ketimbang bercericit tentang sesuatu yang kurang bermanfaat.

"Sebaiknya Pak SBY lebih banyak menuangkan pikiran-pikiran positif untuk kemajuan bangsa Indonesia,” ucap Ramses.

Kicauan tersebut telah di-retweet lebih dari 1.500 kali oleh netizen dalam waktu kurang dari satu jam.

(KCM)

Category: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1533

Trending Articles