
KONFRONTASI-Tahun 2016 telah berlalu. Selama kurun waktu sekitar 365 hari tersebut, beberapa orang kerap menghiasi media baik cetak, televisi maupun online.
Mereka menjadi newsmaker 2016. Baik itu melaui pernyataannya yang mengundang kontroversi, sikap dan tindak tanduknya yang mengundang dukungan maupun kecaman, sampai ke para tokoh yang menjadi panutan.
Salah satu sosok yang menjadi Newsmaker 2016 adalah Rizal Ramli.
Mendengar nama Rizal Ramli, sekilas orang akan langsung teringat kata jurus kepret yang sempat membahana.
Jurus kepret itulah yang kerap dipakai Rizal Ramli untuk menggebuk musuh-musuhnya tatkala ia masih dipercaya Presiden Jokowi menjabat Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumer Daya Alam (SDA).
Rizal yang pernah menjadi menteri di era Gus Dur, mendapatkan kepercayaan dari Presiden Joko Widodo masuk dalam jajaran kabinetnya pada Agustus 2015. Tapi, secara mengejutkan, pada Juli 2016 Rizal Ramli diberhentikan dari jabatan oleh Jokowi.
Meski terbilang singkat, keberadaan Rizal Ramli di Kabinet Kerja penuh gebrakan. Karena itu, gesekan sampai ketegangan antar penyelenggara negara tak terhindarkan.
Mulai silang pendapat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait proyek pembangkit listrik 35 ribu mega Watt.
Kemudian tidak satu pemahaman dengan mantan Menteri ESDM Sudirman Said tentang perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia, sampai ketegangan dengan Basuki Tjahaja Purnama soal reklamasi Teluk Jakarta.
Lepas dari jabatan menteri, Rizal tidak berhenti begitu saja di dunia politik. Pada Agustus sampai September 2016, dia sempat mencoba ikut dalam bursa pencalonan Gubernur DKI Jakarta.
Kalangan buruh dari KSPI dan Partai Amanat Nasional memberikan dukungan kala itu. Seorang kader Partai Demokrat pun mengakui nama Rizal sempat masuk dalam pertimbangan mereka, meski akhirnya putra dari Susilo Bambang Yudhoyono yang dipilih.
Dalam triwulan penghabisan 2016, Rizal mulai menghilang dari sorotan media. Bukan karena sosok dan pendapatnya tidak menarik lagi, tapi memang dia sengaja menghindarinya.
"Setiap hari ada permintaan dari dalam dan luar (negeri .red), tapi saya bilang 'jangan dulu lah'," kata Rizal Ramli akhir pekan lalu.
Rizal mengaku tidak lepas dari rutinitas setelah tidak lagi ada di dalam pemerintahan.
"Pressure (tekanan) berkurang, bisa lebih santai, tapi aktivitas tidak berhenti," katanya. "Selalu ada yang mau bertemu untuk tukar pikiran. Tadi ada yang dari Eropa, ada dari daerah," imbuhnya.
Ketika ditanya bagaimana dia memandang seluruh yang dilalui selama 2016, Rizal memandang ke atas beberapa saat. "Waktunya memang pendek, tapi bagaimana dalam waktu pendek itu, kami bisa melakukan semaksimal mungkin," ujarnya.
Menurutnya, ada 20 poin yang telah dikerjakan selama menjabat sebagai menteri. Termasuk evaluasi proyek pembangkit listrik 35 ribu megaWatt, penghentian perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia sebelum waktunya, memperjuangkan agar pembangunan kilang Blok Migas Maluku Selatan di darat (onshore), menurunkan waktu bongkar muat (dwelling time) di Dermaga Tanjung Priok, dan membentuk Badan Otorita Pariwisata.
Beberapa momen yang dia hadapi selama 2016, diakui Rizal, tidak mengubah apapun dari dirinya. Termasuk cara berpikir dan melihat permasalahan.
"Itu (pemikiran) tidak berubah. Saya mencoba jadi diri saya sejak muda. Artinya tetap semangat cari informasi dan terobosan, juga berupaya semaksimal mungkin," jelasnya. Seorang temannya juga menyebut hal senada. "Sebelum, sedang, dan sesudah (dari pemerintahan ) tidak ada bedanya," ucap teman satu almamater Rizal itu.
Lantaran gayanya itulah, Rizal Ramli tak pernah meninggalkan jurus Garuda Kepret untuk mengandaskan musuh yang selama ini menggerogoti perekonomian negara dengan dalih kemaslahatan rakyat. Padahal mereka minkmati keuntungan pribadi.
Ayah tiga orang anak itu masih mau berpikir untuk perekonomian Indonesia. Dia pun bersedia jika ada anggota Kabinet Kerja yang meminta saran.
"Kalau ada yang meminta nasehat, ya kami kasih,". Apalagi, dia merasa hubungan secara sosial dengan anggota pemerintahan sangat baik.
Namun, Rizal mengatakan belum mau jika Presiden Joko Widodo memanggilnya kembali ke dalam jajaran menterinya. Si Garuda Ngepret ini masih ingin menikmati "kemerdekaan"nya.
"Saya sedang menikmati di luar (pemerintahan), sedang menikmati kemerdekaan bisa melakukan banyak hal,".
Selain berdiskusi dengan beberapa orang yang ingin bertemu, setelah lepas dari jabatannya, Rizal menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik. "Saya senang dengar musik klasik dan jazz. Sekarang waktunya banyak dengarkan musik,".
Dia juga ingin melahap tumpukan buku yang sudah dibeli tapi belum sempat dibaca. Waktu bersama keluarga juga dia tuturkan, saat ini menjadi semakin banyak. "Itu kemewahan yang luar biasa, jangan direnggut dulu," katanya.
Hanya saja, Rizal tidak menutup kemungkinan kembali ikut mencoba peruntungan di kontestasi politik. Meski tidak akan berlangsung dalam waktu dekat. "Nanti dulu lah," pungkasnya.[mr/tribun]